Monday, December 1, 2014

BELAJAR || TUGAS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN



A.  Pengertian Belajar
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut “ Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengelamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
            Adapun Pengertian Belajar Menurut Para Ahli:
1.      Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
2.      Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
3.      menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
4.      Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

B.  Ciri-Ciri Belajar
Syaifull Bahri Djamarah, memukakan ciri-ciri belajar  sebagai berikut :
a.       Perubahan yang terjadi secara sadar.
b.      Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional.
c.       Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif.
d.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
e.       Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
f.       Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
g.      Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
h.       Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
i.         Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
j.        Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

C.  Jenis-Jenis Belajar
1.    Belajar Bagian (Part learning, fractioned learning).
Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan – gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh metri pelajaran menjadi bagian – bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global.
2.    Belajar dengan wawasan (Learning by insight).
Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971.Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. dan meskipun W. Kohler sendiri dalam menerangkan wawasan berorientasi pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yanglembut dalam menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba – tiba menjadi reorganisasi tingkah laku) namun tidak urung wawasan ini merupakan konsep yang secara prinsipil ditentang oleh penganut aliran neo – behaviorisme.
3.    Belajar Diskriminatif (Discriminatif learning).
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam tingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subyek diminta untuk berespon secara berbeda- beda terhadap stimulus yang berlainan.
4.    Belajar global / keseluruhan (global whole learning).
Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya, lawan dari belajar bagian. Metode belajar ini sering disebut metode Gestalt.
5.    Belajar Insidental (incidental learning).
Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Belajar insidental ini merupakan hal yang sangat penting.
6.    Belajar istrumental (instrumental learning).
Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memeberikan penguat (reinforcememnt) atas dasar tingkat-tinkat kebutuhan.
7.    Belajar intensional (intentional learning).
Belajar dalam arah tujuan, merupkan lawan dari belajar insidental.
8.    Belajar laten (latent learning).
Dalam belajar laten, perubahan – perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera.


9.    Belajar mental (mental learning).
Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terliahat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris. Sehingga perumusan operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain.
10.    Belajar produktif (productive learning).
R. Berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkian untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.
11.    Belajar verbal (verbal learning).
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal (Slameto.2010).
D.  Bentuk-Bentuk Belajar
1)   Belajar abstrak; ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.
2)   Belajar keterampilan; adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf. Tujuannya adalah untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
3)   Belajar Sosial; adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial.
4)   Belajar Pemecahan Masalah; adalah belajar menggunakan metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognetif untuk memecahkan masalah secara rasioanal, lugas, dan tuntas.
5)   Belajar rasioanal; ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis. Tujuannya ialah untuk memperoleh berbagai kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
6)   Belajar kebiasaan; adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri tauladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras secara kontekstual, serta selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku.
7)   Belajar apersiasi; adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah afektif yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya apersiasi sastra, apersiasi musik, dan sebagainya.
8)   Belajar Pengetahuan; ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhada objek pengetahhuan tertentu. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya.

E.  Teori Belajar Sebelum Abad ke-20
Sebelum abad ke-20, telah berkembang beberapa teori belajar. Teori belajar ini dikembangkan berdasarkan pemikiran filosofis atau spekulatif, tanpa dilandasi eksperimen, dan ini berarti dasar orientasinya adalah “filosofis atau spekulatif”.
1.    Teori disiplin mental
Tokoh teori disiplin mental adalah Plato dan Aristoteles. Teori disiplin mental ini menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa harus didisiplinkan atau dilatih.
2.    Teori pengembangan alamiah
Belajar baru akan terjadi dan mendatangkan hasil bila anak telah benar-benar merasakan kebutuhan untuk belajar. Saat itu ia akan melakukannya dengan penuh kegembiraan sehingga pengalaman akan melekat sebagai kecakapan atau keterampilan.
3.  Teori apersepsi
Belajar adalah suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan-gagasan lama, yang sudah terbentuk di alam pikiran. Misalnya, anak akan memelajari kata “kuda”. Ia diperlihatkan gambar kuda di atas tulisan kuda. Kemudian, ia menganalisis huruf perhuruf.

F.   Teori Belajar Abad ke-20
1.    Teori Behavioristik
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Tokohnya E.L Thorndike, Ivan Patrovich, B.F Skinner dan Bandura. Temuan penelitian para ahli ini dalam prinsipnya mempunyai kesamaan, yaitu bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena semata-mata oleh lingkungan.
a)   Teori Koneksionisme (Thorndike)
Prinsip pertama dari teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi antara kesan panca indra dengan kecenderungan bertindak. Prinsip kedua adalah pelajaran akan semakin dikuasai bila diulang-ulang. Prinsip ketiga adalah koneksi antara kesan panca indra dengan kecenderungan bertindak dapat melemah atau menguat, tergantung pada hasil perbuatan yang pernah dilakukan.
Teori Behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
b)   Teori Clasiccal Conditioning (Pavlov)
Pavlov membuat teori pada eksperimennya yang terkenal tentang fungsi kelenjar ludah pada anjing. Kemudian, ia menyimpulkan bahwa tingkah laku tertentu dapat dibentuk secara berulang-ulang. Watson mengembangkan teori tersebut.
c)    Teori Operant Conditioning (Skinner)
Teori Operant Conditioning memiliki persamaan dengan teori Pavlov dan Watson, tetapi lebih terperinci. Ia membedakan adanya dua macam respons: respondent response, yaitu respons yng ditimbulkan stimulus tertentu, dan operant respondent, yaitu respons yang menimbulkan stimulus baru sehingga memperkuat respons yang telah dilakukan.



2.    Teori Kognitif
Tokohnya Kohler, Max Wertheimes, Kurt Lewin dan Bandura, dasar teori belajar tokoh ini sama. Yaitu dalam belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia.
a)    Teori Gestalt
Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi Kognitif. Teori ini berbeda dengan Behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui dan bukan respons. Teori ini menekankan pada peristiwa mental, bukan hubungan Stimulus-respons. Teori Gestalt, berkembang dijerman dengan pendirinya yang utama adalah Max Werthaimer, menurut Gestalt belajar siswa harus memahami makna hubungan antar satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar adalah mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu.
b)   Teori Medan (Kurt Lewin)
Pada dasarnya, teori Lewin dapat dikatakan sebagai perluasan teori Gestalt, yaitu:
1. Belajar adalah pengubahan struktur kognitif. Maknanya, pemecahan problem hanya terjadi bila struktur kognitif dirubah.
2.  Hadiah dan hukuman merupakan dua sarana motivasi belajar yang memerlukan   pengawasan agar digunakan wajar dan tepat.
3. Faktor motivasi belajar lain adalah masalah sukses dan gagal. Sukses akan menjadi pendorong belajar, sedangkan gagal akan menyebabkan kemunduran belajar.
Teori Medan atau Field, menurut teori ini individu selalu berada dalam suatu medan atau ruang hidup. Dalam medan hidup ini ada suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu ada hambatan. Jadi perbedaan pandangan antara pendekatan Behavioristik dengan Kognitif adalah sebagai berikut:
Ø Proses atau peristiwa belajar seseorang, bukan semata-mata antara ikatan Stimulus, Respons, melainkan juga melibatkan proses kognitif.
Ø Dalam peristiwa belajar tertentu yang sangat terbatas ruang lingkupnya misalnya belajar meniru sopan santun dimeja makan dan bertegur sapa. Peranan ranah cipta siswa tidak begitu menonjol, meskipun sesungguhnya keputusan untuk meniru atau tidak ada pada diri orang itu sendiri.





0 comments:

Post a Comment