Sunday, October 5, 2014

permasalahan pendidikan yang sering terjadi dewasa ini



PENGANTAR PENDIDIKAN

Permasalahan Pendidikan





O L E H :



SEPTIAN SUHARDIANSYAH
A1A1 13076



PENDIDIKAN EKONOMI KEAHLIAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2013





KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Wr. Wb..

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permasalahan Pendidikan”.
Disusunnya makalah ini sebagai tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan serta sebagai upaya saya untuk mempelajari tentang permasalahan pendidikan yang sedang terjadi sekarang ini.
Makalah ini masih belum sempurna, sehingga saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini, sehingga pemahaman saya dan pembaca akan materi menjadi semakin kaya.
Demikian semoga makalah ini bermanfaat. Terimakasih.





Wassalamu’alaikum Wr. Wb..
Kendari ,     Desember 2013


     Penulis






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Tujuan...................................................................................... 

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Permasalahan Pokok Pendidikan Dan Penanggulangannya.............. 
B.   Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan.......................................... 
C. Saling Berkaitan Antara Masalah-Masalah Pendidikan...................... 
D. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya
Masalah Pendidikan...................................................................
E. Permasalahan Pendidikan Aktual Dan Penaggulangannya................. 
   
BAB III PENUTUP.................................................................................... 
A. Kesimpulan............................................................................... 

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 

 

 



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Penididikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memlihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan Pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan  manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai tujuan pendidikan.
Keterjangkauan pendidikan bagi seluruh komponen masyarakat yang tidak terbatas pada gender, strata sosial, maupun status ekonomi telah menjadi komitmen pemerintah sejak digulirkannya kemerdekaan puluhan tahun lalu dan hingga sekarang komitment itu tentu tidak berubah. Bahkan dalam perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia hingga saat ini pemerintah selalu berupaya melakukan berbagai peningkatkan baik dalam pendanaan, fasilitas infrastruktur, tenaga pendidik, serta kurikulum.
Bagi negara berkembang, isu mengenai keterbatasan akses pendidikan yang dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi masih akan terus menjadi wacana yang hangat dalam beberapa dekade kedepan. Hal ini tentunya erat kaitannya dengan kondisi masyarakat yang ada saat ini. Tak dapat disangkal wacana ini memang menjadi perhatian serius baik bagi pemerintah, masyarakat, maupun pemangku kepentingan terkait. Tapi akan menjadi pemahaman yang salah bila ketidakterjangkauan biaya pendidikan dipahami sebagai bentuk dikotomi atas akses pendidikan bagi kalangan tertentu saja.

Pada masa sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya. Orang-orang berlomba untuk dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin untuk mengejar tehknologi yang semakin canggih. Tetapi disisi lain ada sebagian masyarakat tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak baik dari strata tingkat dasar sampai jenjang yang lebih tinggi. Selain itu ada juga sebagian masyarakat yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar namun pada akhirnya putus sekolah juga.
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Oleh karena itu, perlu ada rumusan sebagai masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam mengemban tugasnya.


B.  Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a)    Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Pengantar Pendidikan Universitas PGRI palembang.
b)    Sebagai bentuk perhatian Mahasiswa terhadap masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia.
c)     Suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
d)    Membantu dalam membahas dan menanggulangi masalah yang dihadapi di dalam dunia pendidikan.










BAB II
PEMBAHASAN

A. Permasalahan pokok pendidikan dan penanggulangannya
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan masyarakat.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita saat ini, yaitu:
1.     Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
2.    Bagaiman pendidikan dapat membekali peserta didik keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Yang pertama mengenai masalah pemerataan dan yang kedua adalah masalah mutu, relevansi dan juga efisiensi pendidikan

B.      Jenis Permasalah Pokok Pendidikan
Masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya ada empat macam yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, maslah relevansi pendidikan.
1.     Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana  sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk memperoleh pendidikan.
Tujuan yang terkandung dalam upaya pemerataan pendidikan yaitu  menyiapkan  masyarakat  untuk  dapat  berpartisipasi  dalam pembangunan,  maka  setelah  upaya  pemerataan  pendidikan  terpenuhi, mulailah diperhatikan upaya pemerataan mutu pendidikan. Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan.
Masalah ini dapat dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara inovatif.
v  Cara konvensional antara lain:
a.    Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
b.    Menggunakan gedung sekolah untu double shift (system bergantian  pagi dan sore).
v  Cara inovatif antara lain:
a.    System pamong (pendidikan oleh  masyarakat, orang tua dan guru) atau INPACT System (Intructional Managemant by Parent, Community and Teacher).
b.    SD kecil pada daerah terpencil.
c.     Sistem Guru Kunjung.
d.    SMP terbuka (ISOSA-In School out off School Approach).
e.     Kejar paket A dan B.
f.     Belajar jarak jauh seperti Universitas Terbuka.

2.    Masalah Mutu Pendidikan
Pokok permasalahan  mutu  pendidikan  lebih  terletak  pada  masalah pemrosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran pemrosesan  pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran, bahkan juga masyarakat sekitar.
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu pendidikan.
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia dan manajemen sebagai berikut:
a.  Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan P.T.
b.  Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut latihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dll.
c.   Penyempurnaan kurikulum (materinya yang esensial dan mengandung muatan local, metode yang menantang dan menggairahkan belajar, evaluasi beracuan PAP).
d.  Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar.
e.   Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran, dan peralatan lab.
f.   Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.

g.  Kegiatan pengendalian mutu berupa kegiatan-kegiatan:
ü  Laporan penyelanggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
ü  Supervise dan monitoring pendidikan oleh penilik dan pengawas.
ü  System ujian nasional/Negara.
ü  Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.
3.    Masalah Efisiensi Pendidikan
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah:
a.    Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
b.    Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan.
c.     Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d.    Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas. Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang penempatan studi, sering mengalami kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Misalnya guru bahasa Indonesia harus mengajarkan matematika. Gejala tersebut membawa ketidak efisienan dalam memfungsikan tenaga guru. Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru.
Masalah efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana.
Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak efisien bias terjadi  antara lain sebagai akibat kurang matangnya  perencanaan  dan sering juga karena perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum sering membawa akibat tidak dipakainya lagi buku paket siswa dan buku pegangan guru beserta perangkat lainnya karena harus diganti dengan buku-buku yang baru. Semuanya ini menggambarkan bahwa dibalik pembaharuan terjadi pemborosan, meski sukar dielakkan.

4.    Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah  relevansi  pendidikan  mencakup  sejauh  mana  system pendidikan  dapat  menghasilkan  luaran  yang  sesuai  dengan  kebutuhan pembangunan. Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sector pembangunan yang beraneka ragam sektor produksi, sektor jasa dll. Sebenarnya kriteria relevansi seperti  tersebut cukup ideal jika dikaitkan  dengan kondisi system pendidikan pada umumnya pada umumnya dan  gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut:

a.    Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya.
b.    System pendidikan tidak pernah menghasilakn luaran siap pakai, yang ada ialah siap kembang.
c.     Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun progamnya tidak tersedia.
Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika pendidikan:
ü  Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: semua warganegara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
ü  Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya: perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan  yang  telah dirumuskan.
ü  Dapat terlaksana secara efisien, artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dlam rancangan.
ü  Produknya yang bermutu tersebut relevansi, artinya: hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

C.  Saling Berkaitan Antara Masalah-Masalah Pendidikan.
Dalam kenyataan pelaksanaan pendidikan di lapangan masalah-masalah pendidikan tersebut saling berkaitan. Ada dua factor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab  mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat diusahakan pada saat demikian. Pertama, gerakan perluasan pendidikan untuk melayani  pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana dan daya. Kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat  demikian mempersulit upaya peningkatan mutu Karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, saran yang tidak memadai dst.
  
D.  Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan.
Masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam system pendidikan sendiri. Sedangkan masalah pembangunan makro, yaitu masalah di luar system pendidikan, sehingga juga harus diperhitungkan di dalam memecahkan masalah mikro pendidikan. Masalah-masalah makro yang merupak factor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan yaitu:
1. Perkembangan Iptek dan Seni.
  a. Perkembang Iptek.
Ilmu  pengetahuan  merupakan hasil  eksplorasi  secara  system  dan terorganisasi mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
  b. Perkembangan Seni.
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang menghasilakn sesuatu yang indah.

2. Laju Pertumbuhan Penduduk.
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
a.    Pertambahan penduduk.
b.    Penyebaran penduduk.

3.    Aspirasi Masyarakat.
Aspirasi terhadap pendidikan tidaklah perlu untuk diredam, justru sebaliknya harus tetap dibangkitkan dan di tingkatkan, utamanya  pada masyarakat yang belum maju dan masyarakat di daerah terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggerak roda kemajauan.

4.    Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan.
Keterbelakangan budaya terjadi karena:
a.    Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (missal terpencil).
b.    Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya baru karena tidak dipahami atau karena dikhawatirkan akan merusak sendi masyarakat.
c.     Ketidak mampuan masyarakat secara ekonomis untuk menyangkut unsur kebudayaan tersebut. Sehubungan dengan factor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya dialami oleh:
d.    Masyarakat daerah terpencil.
e.     Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis.
f.     Masyarakat yang kurang terdidik.
Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang terbelakang kebudayaannya tidak ikut berperan serta dalam pembangunan, sebab mereka kurang memiliki dorongan untuk maju. Jadi intinya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan  bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan, dan bagaimana system pendidikan dapat melibatkan mereka.

E.   Permasalahan Pendidikan Aktual Dan Penaggulangannya.
1.     Permasalahan Aktual Pendidikan Di Indonesia.
Permasalahan actual berupa kesenjangan-kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk ditanggulangi. Beberapa  masalah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi, masalah-masalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peran guru, pendidikan 9 tahun dan pendayagunaan teknologi pendidikan. masalah aktual juga ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai pelaksaannya.
a.    Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran.
Keberhasilan pendidikan dinilai dari kemampuan kognitif atau penguasaan pengetahuan.
Hambatan-hambatan yang harus dihadapi:
ü  Beban kurikulum sudah terlalu sarat.
ü  Pendidikan afektif sulit diprogamkan secara eksplisit, karena dianggap menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi yang keterlaksanaannya  sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman guru.
ü  Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu, sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik.
ü  Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah.
b.    Masalah Kurikulum.
Konsep kurikulum 1984 juga memiliki kelbihan karena adanya keluwesan-keluwesan antara lain:
ü  Disediakannya aneka progam belajar, untuk melanjutkan keperguruan tinggi dan untuk memasuki lapangan kerja.
ü  Adanya program inti yang sifatnya nasional untuk persatuan nasional, memuat pengetahuan minimal dan progam khusus A dan B dapat dipilih sesuai dengan kemampuan dan minat siswa.
ü  Adanya progam pusat dan progam daerah (muatan lokal).
Dengan disediakannya aneka progam belajar berarti sekolah menengah berfungsi ganda, sebagai sekolah umum sekaligus juga sebagai sekolah kejuruan. Kondisi demikian menimbulkan masalah personil khususnya tenaga pengajar, pengorganisasian, fasilitas, administrasi dan biaya. Masalah yang muncul dari keadaan tersebut ialah tanpa sengaja kurikulum 1984 menggiring peserta didik untuk beramai-ramai (karena desakan keadaan) memasuki perguruan  tinggi, tanpa melihat secara potensial mampu atau tidak mampu.
Satu segi modern dari kurikulum 1984 ialah adanya progam daerah (disamping progam pusat) yang dikenal sebagai muatan lokal. Progam ini mengantisipasi hari depan pendidikan yang mengarah  kepada desentralisasi.

Kerumitan-kerumitan itu meliputi:
Ø  Pemilihan materi muatan local yang tepat.
Ø  Penyusunan progam (disajikan secara monolitik atau secara integratif), juga menentukan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan, dari dalam dan dari luar lingkungan sekolah.
Ø  Koordinasi pelaksanaan.
Ø  Penyediaan sarana, fasilitas dan biaya.
Hambatan yang besar ialah pemecahan terhadap konsep tersebut bahwa memasyarakat di kalangan para pelaksana pendidikan di lapangan.
C.      Masalah Peranan Guru.
Multi peran guru:
Melakukan kontak dan pendekatan manusiawi lebih intensif dengan murid-muridnya. Masalah yang timbul ialah bagaimana guru dapat melakukan multiperan seperti itu jika pada kebanyakan sekolah mereka adalah pejuang tunggal. Kalaupun guru didampingi oleh petugas yang lain seperti konselor dll. Mereka belum siap untuk melakukan multi peran tersebut.




d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun.
UU RI No.2 Tahun 1989 pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya tamat pendidikan dasar, pasal 13 menyatakan tujuan Pendidikan Dasar. Kemudian PP No.28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan 9 tahun.
Secara konseptual dan acuan yang diberikan oleh ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah sejalan dengan kebutuhan  pembangunan antara lain:
ü  Untuk memasuki PJPT II diperlukan Sumber Daya Manusia yang lebih berkualitas.
ü  Pendidikan dasar akan memperkuat fungsinya sebagai akar tunjang yang menopang kualitas proses pendidikan pada jenjang-jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yang selama ini posisinya sangat lemah.
ü  Persyarata kerja yang dituntut dunia kerja semakin meningkat sehingga dengan basis pendidikan dasar 9 tahun tentunya lebih baik dari pada hanya 6 tahun.
Hambatan-hambatan mengenai penyelenggaraan sekolah antara lain:
Ø  Realisasi pendidikan dasar yang diatur dengan PP No.28 Tahun 1989 masih harus dicarikan titik temunya dengan PP No.65 Tahun 1951 yang mengatur Sekolah Dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut. (HAR Tilaar, 1992:21).
Ø  Kurikulum belum siap.
Ø  Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan melalui bimbingan-bimbingan, penyuluhan, penataran dll. Hambatan lain berasal dari masyarakat, utamnya dari orang tua/kalangan yang kurang mampu.

2.    Upaya Penanggulangan.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menggulangi masalah-masalah aktual sebagai berikut:
a)    Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogam tidak cukup berlangsung hanya secara incidental.
b)    Pelaksanaan ko dan ekstra kurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan  dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir atau pelulusan.
c)     Pemilahan  siswa  atas  kelompok  yang  akan  melanjutkan  belajar  ke Perguruan Tinggi dengan yang akan terjun ke masyarakat merupakan hal  yang prinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di Perguruan Tinggi.
d)    Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu diberikan perhatian khusu.
Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi dikaitkan gerakan wajib belajar, perlu diadakan penelitian secara meluas pada  masyarakat untuk menemukan factor penunjang dan utamanya factor penghambatnya.

























BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.     Dalam usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh pemerintah. Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga dalam bidang mutu, sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu, perluasan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting dalam usaha pemerataan pendidikan.
2.    Pendidikan (dengan Bidang terkait) dalam usaha pengendalian laju pertumbuhan penduduk sangat diperlukan. Pelaksaaan program ini dapat ditingkatkan dengan mengakampanyekan program KB dengan sebaik-baiknya hingga pelosok negeri ini.
3.    Pelaksanaan program belajar dan mengajar dengan inovasi baru perlu diterapkan. Hal ini dilakukan karena cara dan sistem pengajaran lama tidak dapat diterapkan lagi.
4.    Sistem pendidikan Indonesia dapat berjalan dengan lancar jika kerja sama antara unsur-unsur pendidikan berlangsung secara harmonis. Pengawasan yang dilakukan pemerintah dan pihak-pihak pendidikan terhadap masalah anggaran pendidikan akan dapat menekan jumlah korupsi dana di dalam dunia pendidikan.
5.    Peningkatan mutu pendidikan akan dapat terlaksana jika kemampuan dan profesionalisme pendidik dapat ditingkatkan.










DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta








0 comments:

Post a Comment