|
PENGERTIAN
DAN HAKEKAT IPS DALAM PROGRAM PENDIDIKAN
SEPTIAN SUHARDIANSYAH
PENDAHULUAN
Pengertian dan hakikat IPS
sebagai program pendidikan merupakan Kajian IPS yang didapat dari berbagai
sumber dan
|
pengalaman
hidup sebagai makhluk sosial yang mempunyai kecenderungan kuat untuk hidup
bersama dalam kelompok, dalam unit ini Anda akan mempelajari hakekat IPS
sebagai program pendidikan yang pada pembahasannya menerapkan pendidikan
antardisiplin ilmu sosial yang mengintegrasikan berbagai konsep ilmu sosial. Dari
unit ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut :
a.
Mampu menjelaskan pengertian dari disiplin ilmu sosial (IPS).
b.
Mampu menjelaskan tujuan pendidikan IPS.
c.
Mampu menjelaskan ruang lingkup IPS sebagai program pendidikan.
A.
Pentingnya IPS Dalam Program Pendidikan
Setiap orang sejak lahir, tidak terpisah
dari manusia lain, khususnya dari orang tua dan lebih khusus lagi dari ibu yang
melahirkannya. Sejak saat itu si bayi telah melakukan hubungan dengan orang
lain, terutama dengan ibunya dan dengan anggota keluarga lainnya. Meskipun
masih sepihak, artinya dari orang-orang lebih tua terhadap dirinya hubungan
sosial itu telah terjadi. Tanpa hubungan sosial dan bantuan dari anggota
keluarga lain, terutama dari ibunya si bayi, si bayi tidak akan berdaya dan
tidak mampu berkembang menjadi manusia dewasa. Selanjutnya dalam pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, rohani sesuai dengan penambahan umur serta pengalaman
terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya makin berkembang dan meluas. Hal tersebut
membutuhkan atau terbina melalui pengetahuan sosial, hanya tentu saja berkenaan
dengan namanya, sangat tergantung pada pernah sekolah atau tidak. Sebutan
sebagai pengetahuan sosial atau resminya Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) baru diketahui secara formal
ketika kita bersekolah. Dengan demikian maka Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dianggap sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia serta untuk mempolakan
sejauh mana manusia itu berhubungan dengan orang lain dalam suatu kelompok.
Pada abad ke-20 ditandai dengan
terjadinya perkembangan pesat pada berbagai bidang kehidupan, seperti timbulnya
ledakan penduduk, ledakan ilmu pengetahuan, dan ledakan teknologi. Hal tersebut
menimbulkan berbagai masalah di dalam masyarakat seperti:
1.
Permasalahan yang menyangkut pengorganisasian antara lain di bidang pemerintahan,
perundang-undangan, pendidikan, penyediaan keperluan hidup, kesehatan, dan
kesejahteraan.
2.
Ketegangan-ketegangan di dalam masyarakat baik dalam arti psikis maupun fisik (Misalnya
keseimbangan lingkungan, polusi, dan masalah lalu lintas).
3.
Masalah pertentangan dan kekaburan nilai.
Akibat dari hal-hal tersebut terjadi
gejala kehilangan pandangan menyeluruh, timbulnya spesialisasi yang makin
intensif di bidang ilmu pengetahuan, misalnya mengakibatkan ketidakpastian
diri, terampas rasa identitas individu, kehilangan nilainilai sosial dan tujuan
etis.
Mata pelajaran IPS diperlukan sebagai:
1.
Pengalaman hidup masa lampau dengan situasi sosialnya yang labil memerlukan masa
depan yang mantap dan utuh sebagai suatu bangsa yang bulat.
2.
Laju perkembangan kehidupan, teknologi, dan budaya Indonesia memerlukan kebijakan
pendidikan yang seirama dengan laju itu.
3.
Agar output persekolahan benar-benar lebih cocok dan sesuai serta bermanfaat.
4.
Setiap orang akan dan harus terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat. Oleh sebab
itu perlu disiapkan ilmu khusus, yaitu IPS.
Dilihat dari pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dimana dunia pendidikan selalu tertinggal
dibandingkan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka IPS diperlukan
sebagai wadah ilmu pengetahuan yang mengharmoniskan laju perkembangan ilmu dan
kehidupan dalam dunia pengajaran.
Sebab IPS mampu melakukan
lompatan-lompatan ilmu secara konsepsional untuk kepentingan praktis kehidupan
yang baru, sesuai dengan perkembangan jaman. IPS oleh para pendirinya secara
sengaja diciptakan dan dibina ke arah menuntun generasi muda mampu hidup dalam
alamnya (jaman dan lingkungannya) dengan bekal pengetahuan yang baru.
Karena IPS diarahkan demikian, maka
susunan konsep-konsep dalam IPS sungguh sangat kompleks dan bervariasi dari
berbagai cabang ilmu sosial. Tuntutan dan persoalan kehidupan praktis adalah
buah dari lajunya pengetahuan dan teknologi yang menarik lajunya kehidupan
masyarakat. Oleh sebab itu, IPS mau tak mau harus berorientasi pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Demikianlah sekedar gambaran yang
melatarbelakangi eksistensinya pelajaran IPS di negara kita. Keberhasilan
pengajaran sangat tergantung kepada “ketepatan pilihan dan susunan dari
konsep-konsep IPS, pendekatan, orientasi program dan pengajarannya serta
tingkat inovatifnya para guru IPS itu sendiri. Sebab dalam dunia IPS, guru pada
akhirnya adalah sumber pembaharu yang paling aktual, yang tahu persis akan
keadaan, kebutuhan, serta permasalahan siswa serta masyarakatnya.
Gurulah yang diharapkan akan mampu
menyesuaikan gejolak perkembangan baru ke dalam program dan cara pengajarannya.
Di dalam kehidupan moderen dengan komunikasi yang serba lancar dan cepat, hubungan
antarorang menjadi makin intensif, dan peristiwa-peristiwa makin kompleks.
Para pendidik sama-sama menyadari bahwa
pengetahuan mengenai saling hubungan antara orang dengan orang, orang dengan
benda-benda kebutuhan hidup, orang dengan lembaga, dan orang dengan lingkungan
perlu lebih dikembangkan dan dimiliki oleh anak didik. Dengan bekal pengetahuan
tersebut diharapkan bahwa hubungan antarorang, antarkelompok, antarlembaga dan
antarbangsa, akan terjalin lebih lancar, kepincangan dan ketegangan sosial akan
teratasi, sehingga dapat tercapai kehidupan masyarakat yang serasi.
IPS merupakan perwujudan dari satu
pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. Ia merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial antara lain: Sosiologi,
Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial, Geografi, Ekonomi, Politik, dan
Ekologi.
IPS berusaha mengintegrasikan materi
dari berbagai ilmu sosial dengan menampilkan permasalahan sehari-hari
masyarakat di sekitarnya. IPS merupakan aspek penting dari ilmu-ilmu sosial
yang dipilih dan diadaptasikan untuk digunakan dalam pengajaran di sekolah. IPS
bukan ilmu sosial, sungguhpun bidang perhatiannya sama yaitu hubungan timbal
balik di kalangan manusia. IPS hanya terdapat pada program pengajaran sekolah semata-mata.
Ilmu-ilmu sosial dipolakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan manusia misalnya melalui penelitian, penemuan,
atau eksperimen. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan pembelajaran dengan materi
sesederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti, dan mudah dipelajari.
Untuk dapat melaksanakan program-program
IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila guru yang mengajar IPS mengetahui
benar-benar akan tujuan pengajaran IPS, di samping pengorganisasian, bahan
pelajaran, dan metode yang dipakai dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
B.
Pengertian IPS
Istilah ilmu pengetahuan sosial
sebagaimana dirancang dalam draf kurikulum 2004 memang membingungkan untuk
dicarikan definisinya, karena dalam berbagai literatur, baik yang ditulis oleh
ahli dari luar maupun dalam negeri, kita hanya mempunyai istilah ilmu
pengetahuan sosial yang merupakan terjemahan dari social studies. Sedangkan
nama IPS dalam dunia pendidikan dasar di negara kita muncul bersamaan dengan
diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMU tahun 1975.
Dilihat dari sisi keberlakuannya, IPS
disebut sebagai bidang studi “baru”, karena cara pandangnya bersifat terpadu.
Hal tersebut mengandung arti bahwa IPS bagi pendidikan dasar dan menengah
merupakan hasil perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik,
ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan sosiologi. Perpaduan ini
disebabkan mata pelajaran tersebut memiliki objek material kajian yang sama
yaitu manusia.
Dalam bidang pengetahuan sosial, kita
mengenal banyak istilah yang kadangkadang dapat mengacaukan pemahaman. Istilah
tersebut meliputi Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social
Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk memperjelas penggunaan
istilah tersebut secara tepat, kita simak uraian berikut.
1.
Ilmu Sosial (Social Science)
Achmad Sanusi memberikan
batasan tentang ilmu Sosial (Saidihardjo, 1996:2) sebagai berikut “Ilmu sosial
terdiri dari disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis
dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi yang makin lanjut dan
makin ilmiah”. Sedangkan menurut Gross (Kosasih Djahiri, 198:1), ilmu
sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makhluk
sosial secara ilmiah serta memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat
dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
Selanjutnya Nursid Sumaatnadja (1980:7),
menyatakan bahwa ilmu social adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh
karena itu ilmu social adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan
mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Ada bermacam-macam aspek
tingkah laku manusia dalam masyarakat, seperti aspek ekonomi, sikap, mental,
budaya, dan hubungan sosial. Studi khusus tentang aspek-aspek tingkah laku
manusia inilah yang menghasilkan ilmu sosial, seperti ekonomi, ilmu hukum, ilmu
politik, psikologi, sosiologi, dan antropologi.
Jadi setiap bidang keilmuan itu
mempelajari salah satu aspek tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat.
Ekonomi mempelajari aspek kebutuhan materi, antropologi mempelajari aspek
budaya, sosiologi mempelajari aspek hubungan sosial, psikologi mempelajari
aspek kejiwaan, demikian pula bidang keilmuan yang lain. Sedangkan yang menjadi
obyek materialnya adalah sama, yaitu manusia sebagai anggota masyarakat.
2.
Studi Sosial (Social Studies)
Berbeda dengan ilmu sosial, studi sosial
bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih
merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Dalam
kerangka kerja pengkajiannya, studi sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan
termasuk ilmu sosial. Tentang studi sosial ini Achmad Sanusi (1971:18)
memberikan penjelasan bahwa, studi sosial tidak selalu bertaraf akademis
universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan
dasar. Selanjutnya studi sosial dapat berfungsi sebagai pengantar kepada
disiplin ilmu sosial bagi pendidikan lanjutan atau jenjang berikutnya. Studi
sosial bersifat interdisipliner dengan menetapkan pilihan masalah-masalah
tertentu berdasarkan sesuatu referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut
sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya.
Kerangka kerja studi sosial dalam mengkaji
atau mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat tidak menekankan
bidang teoretis, melainkan lebih kepada bidang praktis. Oleh karena itu studi
sosial tidak terlalu bersifat akademis teoretis, melainkan merupakan
pengetahuan praktis yang dapat diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar
sampai Perguruan Tinggi. Pendekatan studi social bersifat interdisipliner atau
multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Maksudnya bahwa
studi sosial dalam meninjau suatu gejala sosial atau masalah sosial dilihat
dari berbagai dimensi/sudut/segi/aspek kehidupan.
Sedangkan ilmu sosial pendekatannya
bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing. Kesimpulannya dapat
dikatakan bahwa studi sosial lebih
memperlihatkan
suatu bentuk gabungan ilmu sosial. Tugas studi sosial, sebagai suatu bidang
studi mulai dari tingkat SD sampai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi,
adalah membina warga masyarakat yang mampu menyerasikan kehidupannya
berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial dan mampu memecahkan
masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Oleh karena itu materi dan metode
penyajiannya harus sesuai dengan misi yang diembannya.
3.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Bagi sekelompok kecil ahli pendidikan di
Indonesia, sebenarnya telah memakai istilah IPS dalam pertemuan-pertemuan
ilmiah, jauh sebelum diberlakukannya kurikulum 1975. Nama-nama yang
dipergunakan dalam kesempatan ini bermacam-macam, antara lain ada yang memakai
istilah Studi Sosial yang dekat dengan istilah aslinya, ada pula yang menyebutnya
dengan Ilmu-Ilmu Sosial dan ada yang menamakannya Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Namun sejak tahun 1976 nama IPS telah menjadi nama baku.
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari
literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social
Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama
sebuah Komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada
tahun 1913. Tujuan dari lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli
yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat Sekolah Dasar dan
Menengah, dan ahl-iahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama. Nama Komite
itulah yang kemudian dipergunakan sebagai nama kurikulum yang mereka hasilkan. Meskipun
demikian nama “Social Studies” menjadi makin terkenal pada tahun 1960-an,
ketika pemerintah mulai memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum tersebut.
Pada waktu Indonesia memperkenalkan
konsep IPS, pengertian dan tujuannya tidaklah persis sama dengan Social
Studies yang ada di Amerika Serikat. Mengapa demikian? Karena kondisi
masyarakat Indonesia memang berbeda dengan kondisi masyarakat Amerika Serikat.
Ini mengisyaratkan adanya penyesuaian-penyesuaian tertentu. Sebenarnya keadaan
ini sangat baik, karena setiap ide yang datang dari luar kita terima kalau
memang sesuai dengan kondisi masyarakat kita.
Mulyono Tj. (1980:8)
memberi batasan IPS bahwa IPS sebagai pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary
approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dart
berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya,
psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal
ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996: 4), bahwa IPS merupakan
hasil kombinasi atau basil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata
pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata
pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan
menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Dengan demikian jelas bahwa IPS adalah
fusi dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Pengertian fusi di sini berarti bahwa IPS
merupakan suatu bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak
disiplin ilmu yang ada. Artinya, bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal
adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua
disiplin tersebut diajarkan secara terpadu.
Dalam kepustakaan kurikulum pendekatan
terpadu tersebut dinamakan pendekatan “broadfield”. Dengan
pendekatan tersebut batas disiplin ilmu menjadi lebur, artinya terjadi sintesis
antara beberapa disiplin ilmu. Dengan demikian sebenarnya IPS berinduk kepada
ilmu-ilmu sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip yang
diterapkan pada IPS adalah teori, konsep dan prinsip yang ada dan berlaku pada
ilmu-ilmu sosial. Ilmu social dengan bidang keilmuannya dipergunakan untuk
melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah
sosial yang dilaksanakan pada pengajaran IPS.
Sejarah
Perkembangan IPS di Indonesia
Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia
adalah berasal dari Amerika Serikat dengan nama asli di negara asalnya disebut Social
Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan
dalam kurikulum sekolah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar
setengah abad setelah Revolusi Industri. Pada pertengahan abad 18 di Inggris
terjadi Revolusi Industri yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia
menjadi tenaga mesin. Revolusi industri membawa perubahan yaitu mendatangkan
kemakmuran bagi sebagian masyarakat Inggris.
Di sisi lain Revolusi Industri
menimbulkan paham kapitalisme dan dehumanisasi yaitu manusia tidak dihargai
sebagai manusia atau tidak memanusiakan manusia, karena para industrialis lebih
menghargai faktor produksi, modal, dan uang daripada tenaga manusia. Setelah memperhatikan
situasi tersebut maka Thomas Arnold bermaksud menanggulangi proses
dehumanisasi, dengan cara memasukkan Social Studies ke dalam
kurikulum di sekolahnya. Adapun tujuannya adalah agar siswa mempelajari masalah
interaksi manusia serta ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat (Poerwito,
1991/1992:7).
Latar belakang dimasukkan Social
Studies dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat berbeda dengan di
Inggris karena situasi dan kondisi penyebabnya juga berbeda. Penduduk Amerika
Serikat terdiri dari berbagai macam ras diantaranya adalah ras Indian yang
merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa, dan ras Negro
yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara
tersebut. Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multiras tersebut tidak
menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara antara Utara dan
Selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun 1861-1865.
Amerika Serikat yang telah menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya
kesulitan, karena penduduk yang multiras tersebut merasa kesulitan untuk
menjadi satu bangsa. Selain itu juga adanya perbedaan social ekonomi yang
sangat tajam.
Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan
berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang multiras tersebut menjadi merasa
satu bangsa, yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan
memasukkan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah di negara
bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal
abad 20, sebuah Komisi National dari The National Education
Association memberikan rekomendasi tentang perlunya Social
Studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah (selanjutnya disebut SD dan SM) Amerika Serikat. Adapun wujud Social
Studies ketika lahir merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran
sejarah, geografi, dan civics.
Faktor lain yang menyebabkan
dimasukkannya Social Studies ke dalam kurikulum sekolah adalah
keinginan para pakar pendidikan. Mereka menginginkan agar setelah meninggalkan
SD dan SM (1) para siswa menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui
dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya. (2) para siswa lulusan SD dan SM
dapat hidup bermasyarakat secara seimbang dalam arti memperhatikan kepentingan
pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu
harus menunggu belajar ilmu-ilmu sosial di Perguruan Tinggi, tetapi harus sudah
mendapat bekal pelajaran IPS di SD dan SM.
Pertimbangan lain dimasukkannya Social
Studies ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa sangat menentukan
dalam pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar materi pelajaran IPS
lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa SD dan SM, bahanbahannya
diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi yang
diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan alam dan
masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah dipahami karena mempunyai makna
lebih besar bagi para siswa daripada bahan pengajaran yang abstrak dan rumit
dalam ilmu-ilmu sosial.
Latar belakang dimasukkannya bidang
studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di
Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari
situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan
G30S/PKI. Setelah keadaan tenang pemerintah “Orde Baru” melancarkan Pembangunan
Lima Tahun (PELITA). Pada masa Pelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di
bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Lima
masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Masalah kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2.
Masalah kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan.
3.
Masalah relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan
pembangunan.
4.
Masalah efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5.
Masalah pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi
kepentingan pembangunan nasional.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah
tersebut adalah melakukan pembaharuan kurikulum sekolah. Pada awal masa Pelita
I, pemerintah membentuk Proyek Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar (PPKM)
yang member kesempatan kepada masyarakat untuk menciptakan kurikulum sekolah
secara lokal.
Pembaharuan kurikulum tersebut
dilaksanakan di Sekolah Laboratorium di IKIP Malang yang dikenal dengan “Sekolah
Ibu Pakasi”. Di sekolah ini diberlakukan kurikulum lokal yang memiliki ciri-cirisebagai
berikut :
1.
Penggabungan SD dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi SD 8 Tahun.
2.
Penggabungan mata pelajaran sejenis, salah satunya adalah menjadi bidang studi IPS.
3.
Pelaksanaan sistem kredit yang memungkinkan siswa menyelesaikan program pendidikan
tidak secara klasikal melainkan secara individu.
Langkah pemerintah selanjutnya adalah
melakukan pembaharuan system pendidikan melalui Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP). Proyek ini menyelenggarakan sekolah percobaan di delapan IKIP,
yaitu Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Ujung Pandang dan
Manado. Dalam kurikulum sekolah tersebut tercantum bidang studi IPS yang
merupakan perpaduan dari sejarah, geografi dan ekonomi; mulai dari SD sampai
Sekolah Menengah.
Dalam lingkup yang lebih luas, kemudian
pemerintah memberlakukan Kurikulum 1975 bagi semua SD dan SM. Dalam kurikulum
ini tercantum bidang studi IPS, mulai dari SD sampai SM. Secara singkat IPS
diartikan sebagai bidang studi kemasyarakatan secara terpadu (integrasi). Untuk
SD, IPS merupakan perpaduan mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi. Untuk
SMP ditambah kependudukan dan koperasi. Sedangkan untuk SMA, IPS ditambah lagi
Tata Buku dan Hitung Dagang.
Setelah Kurikulum 1975 dilaksanakan
selama hampir sepuluh tahun, pemerintah memberlakukan kurikulum baru yaitu
Kurikulum 1984. Belajar dari pengalaman implementasi Kurikulum 1975 yang tidak
memungkinkan penggunaan IPS terpadu untuk semua jenjang sekolah, maka dilakukan
modifikasi. Pada Kurikulum 1984, pengajaran IPS terpadu hanya dilaksanakan di
SD, sedangkan di SMP digunakan pendekatan IPS Terkait (korelasi), dan untuk SMA
tidak lagi dikenal IPS terpadu melainkan diajarkan secara terpisah sehingga
muncullah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi dan
tata negara yang berdiri sendiri.
Pada periode berikutnya, pemerintah
memberlakukan kurikulum baru lagi, yaitu Kurikulum 1994. Menurut Kurikulum
1994, program pengajaran IPS di SD terdiri dari IPS Terpadu dan Sejarah
Nasional. IPS terpadu adalah pengetahuan yang bersumber dari geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi dan ilmu politik yang mengupas tentang berbagai
kenyataan dan gejala dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Sejarah Nasional
adalah pengetahuan mengenai proses perkembangan masyarakat Indonesia dari masa
lampau sampai dengan masa kini. Untuk tingkat SMP, IPS hanya mencakup bahan
kajian geografi, ekonomi, dan sejarah. Khusus mata pelajaran sejarah mencakup
materi yang lebih luas yakni mengenai proses perkembangan masyarakat Indonesia
dan masyarakat dunia sejak masa lampau hingga sekarang. Sedangkan untuk SMA,
IPS tetap diajarkan secara terpisah atau berdiri sendiri.
Dari uraian tersebut di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa untuk pertama kalinya mata pelajaran IPS muncul dalam
kurikulum lokal yang dikembangkan oleh sekolah Ibu Pakasi di Malang dan
kemudian diuji cobakan di delapan IKIP di Indonesia dan diimplementasikan
secara nasional sejak diberlakukannya Kurikulum 1975.
Alasan
Mempelajari IPS
Pengajaran IPS sangat penting bagi
jenjang pendidikan dasar dan menengah karena siswa yang datang ke sekolah
berasal dari lingkungan yang berbeda-beda. Pengenalan mereka tentang masyarakat
tempat mereka menjadi anggota diwarnai oleh lingkungan mereka tersebut. Sekolah
bukanlah satu-satunya wahana atau sarana untuk mengenal masyarakat. Para siswa
dapat belajar mengenal dan mempelajari masyarakat baik melalui media cetak
maupun elektronika, misalnya melalui acara televisi, siaran radio, dan membaca
koran. Pengenalan siswa melalui wahana luar sekolah mungkin masih bersifat
umum, terpencar-pencar, dan samar-samar. Oleh karena itu agar pengenalan
tersebut dapat lebih bermakna, maka bahan atau informasi yang masih umum dan
samar-samar tersebut perlu disistematisasikan.
Dengan demikian sekolah mempunyai peran
dan kedudukan yang penting karena apa yang telah diperoleh di luar sekolah
dikembangkan dan diintegrasikan menjadi sesuatu yang lebih bermakna di sekolah
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan siswa. Sesuai dengan tingkat
perkembangannya, siswa SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman
masalah-masalah sosial secara utuh, tetapi mereka dapat diperkenalkan kepada
masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan
tantangan-tantangannya. Selanjutnya diharapkan bahwa mereka kelak mampu
bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Perlu disadari bahwa dunia sekarang
telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang.
Kemajuan teknologi dan informasi telah mengenalkan kita pada realitas lain dari
sekedar realitas fisik seperti yang sebelumnya kita rasakan. Dengan kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi, dan komunikasi hubungan antarnegara
tetangga menjadi lebih luas, karena dunia seakan-akan menjadi tetangga dekat.
Dengan demikian seolah-olah dunia “dipindahkan” ke ruang di dalam rumah
sendiri. Dalam hal ini IPS berperan sebagai pendorong untuk saling pengertian
dan persaudaraan antara umat manusia.
Selain itu juga IPS memusatkan
perhatiannya pada hubungan antar manusia dan pemahaman sosial. Dengan demikian
IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa kita akan berhadapan dengan kehidupan
yang penuh tantangan. Dengan kata lain, IPS mendorong kepekaan siswa terhadap
hidup dan kehidupan sosial.
Jadi alasan mempelajari IPS untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut.
1.
Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang
telah dimiliki menjadi lebih bermakna.
2.
Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara
rasional dan bertanggung jawab.
3.
Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan
antarmanusia.
Berikut ini dikemukakan pengertian IPS
dari berbagai ahli.
1.
IPS adalah sebagai “those”
(studies) whose subject matter relates to the organization and development
organisasi human society and to man as member of social group” (Binning &
Binning, 1952:2)
2.
IPS adalah “the study of man
information society information the past, present and future. Social studies
emerges as a subject of prime importance for study information school (Mathias,
1973:20-21).
3.
IPS adalah “those portions aspect
of the social sciences that have been selected and adapted for use informasi
the school or the other instruction situation. Dikatakan juga “the
social a studies are the sosial sciences simplified for pedagogical purposes
information school (Wesley, 1952:9).
4.
Social studies the study of people carried on in other to help students understand
themselves and others in a varieties of societies in different places and at
different times as individual and group seek to meet the needs through many
institution as those human beings search for a satisfying a personal philosophy
and the good society (Kenworthy, 1952).
5.
The social studies as a part of the elementary school curriculum draw subject matter
content from the social science, history, sociology, political, science, social
psychology, philosophy, anthropology and economic. (Jarolimek,
1967:4)
Jadi IPS adalah ilmu pengetahuan yang
memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu
lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk
dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Latihan
Setelah mempelajari pentingnya IPS dalam
program pendidikan, untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1.
Berdasarkan pengamatan dan penghayatan Anda dalam kehidupan praktis seharihari,
cobalah Anda kemukakan berbagai contoh berkenaan dengan aspek hubungan sosial
di masyarakat!
2.
Cobalah Anda jelaskan bahwa pendidikan IPS menempati kedudukan penting dalam
membina peserta didik menjadi sumber daya manusia dimasa yang akan datang!
3.
IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan sosial
kepada peserta didik, melainkan berfungsi lebih jauh daripada itu. Jelaskan hal
tersebut dengan kenyataan hidup saat ini dan masa yang akan datang ditinjau dari
fungsi IPS sebagai pendidikan!
4.
Diskusikan dengan 3 orang atau 2 teman Anda, tentang pengertian IPS yang dikemukakan
oleh para ahli, kemudian rumuskan dengan kata-kata sendiri pengertian IPS
menurut Anda.
5.
Dimana letak perbedaan antara ilmu sosial (social Science), dan studi social (social
Studies)!
6.
Mengkaji atau mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat tidak menekankan
bidang teoritis, melainkan lebih kepada bidang praktis. Jelaskan maksud
pernyataan ini, mengapa demikian?
7.
Jelaskan sejarah perkembangan bidang studi IPS di Indonesia?
Rambu-rambu
Jawaban Latihan
Pertanyaan yang tercantum pada latihan
di atas, tidak disediakan rambu-rambu jawabannya. Oleh karena itu, Anda harus
menggali jawaban sendiri atau berdiskusi dengan sesama mahasiswa, dan bahkan
dengan dosen kunjung Anda untuk memperoleh jawaban atas persoalan-persoalan di
atas. Anda dipersilahkan melakukannya.
Rangkuman
Perkembangan hidup seseorang pada
hakikatnya mulai dari saat dia lahir sampai menjadi dewasa, tidak terlepas dari
masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan social dapat dikatakan tidak asing bagi
setiap orang. Kehidupan sosial manusia di masyarakat beraspek majemuk yang
meliputi aspek-aspek hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah,
geografi, dan politik. Karena tiap aspek kehidupan social itu mencakup lingkup
yang luas, untuk mempelajari dan mengkajinya menuntut bidang-bidang ilmu yang
khusus. Melalui ilmu-ilmu sosial dikembangkan bidang-bidang ilmu tertentu
sesuai dengan aspek kehidupan sosial masing-masing.
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang
pendidikan, tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial,
melainkan lebih jauh dari pada itu berupaya membina dan mengembangkan peserta
didik menjadi sumber daya manusia yang berketerampilan sosial dan intelektual
sebagai warga masyarakat dan warga Negara yang memiliki perhatian, kepedulian
sosial yang bertanggung jawab. Kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat yang
terus berkembang, menjadi landasan bagi pengembangan IPS sebagai bidang
pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan dan tuntutan kemajuan kehidupan.
Pengetahuan sosial merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik tingkah laku perorangan
maupun tingkah laku kelompok. Ada bermacam-macam aspek tingkah laku manusia
dalam masyarakat, seperti aspek budaya sikap, mental, ekonomi, dan hubungan
sosial. Aspek-aspek inilah yang kemudian mengkondisikan untuk menghasilkan
pengetahuan disiplin ilmu sosial dan dipelajari di sekolah. Ilmu pengetahuan
sosial yang dipelajari di sekolah diimplikasikan sesuai dengan tingkatan yang
berada pada jenjang pendidikan. Untuk itu IPS merupakan mata pelajaran yang
penting bagi jenjang pendidikan dasar. Hal ini dipandang bahwa pendidikan dasar
merupakan pendidikan yang mendasari jenjang pendidikan selanjutnya dengan
pertimbangan aspek-aspek tingkah laku perlu dipolakan sedini mungkin agar
mereka berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.
C.
HAKIKAT IPS
Hakikat dari IPS terutama jika disorot
dari anak didik adalah: Sebagai pengetahuan yang akan membina para generasi
muda belajar ke arah positif yakni mengadakan perubahan-perubahan sesuai
kondisi yang diinginkan oleh dunia modern atau sesuai daya kreasi pembangunan
serta prinsip-prinsip dasar dan system nilai yang dianut masyarakat serta
membina kehidupan masa depan masyarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik
untuk kelak diwariskan kepada turunannya secara lebih baik. IPS sebagai paduan
dari sejumlah subjek (ilmu) yang isinya menekankan pembentukan warga negara
yang baik daripada menekankan isi dan disiplin subjek tersebut. Dalam Kurikulum
IPS 1975, dikatakan sebagai berikut: IPS adalah bidang studi yang merupakan
paduan dan sejumlah mata pelajaran sosial.
Bidang pengajaran IPS terutama akan berperan
dalam pembinaan kecerdasan keterampilan, pengetahuan, rasa tanggung jawab, dan
demokrasi. Pokok-pokok persoalan yang dijadikan bahan pembahasan difokuskan
pada masalah kemasyarakatan Indonesia yang aktual. IPS mengemban dua fungsi
utama yaitu, membina pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan yang bermanfaat
bagi pengembangan dan kelanjutan pendidikan siswa dan membina sikap yang
selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.
Setiap orang sejak lahir, tidak
terpisahkan dari manusia lain, khususnya dari orang tua, dan lebih khusus lagi
dari ibu yang melahirkannya. Sejak saat itu Si bayi telah melakukan hubungan
dengan orang lain, terutama dengan ibunya dan anggota keluarga yang lainnya.
Meskipun masih sepihak, artinya dari orang-orang yang lebih tua terhadap
dirinya, hubungan sosial itu telah terjadi. Tanpa hubungan sosial dan bantuan
dari anggota keluarga lain, terutama dari ibunya, si bayi tidak berdaya dan tidak
akan mampu tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa.
Selanjutnya dalam pertumbuhan jasmani
dan perkembangan rohani sesuai dengan penambahan umur, pengenalan serta
pengalaman seseorang (si bayi) terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya
makin berkembang dan meluas. Pengenalan manusia lain di luar dirinya, tidak
hanya terbatas pada orang-orang dalam keluarga, melainkan meliputi teman
sepermainan, para tetangga, warga kampung, dan demikian seterusnya. Hubungan
sosial yang dialami, makin meluas dari pengalaman, pengenalan serta hubungan
sosial tersebut, dalam diri seseorang akan tumbuh pengetahuan tentang
seluk-beluk hidup bermasyarakat. Berkenaan dengan kebutuhan tertentu sifat-sifat
orang lain, tempat yang pernah dikunjungi, halhal yang baik dan buruk,
hal-hal yang salah serta yang benar dalam hidup bermasyarakat. Pengetahuan yang
melekat pada diri seseorang termasuk yang melekat pada diri kita masing-masing,
dapat dirangkum sebagai “Pengetahuan Sosial”. Kelahiran manusia yang kemudian
diikuti oleh hubungan pergaulan, penjelajahan, pemenuhan kebutuhan, dan lain
sebagainya yang dialami dalam kehidupan di masyarakat serta bermasyarakat telah
membentuk pengetahuan social dalam diri kita masing-masing. Dengan perkataan
lain, dalam diri setiap orang tidak terkecuali, dengan kadar yang berbeda baik
kuantitatif maupun kualitatif, telah terbina pengetahuan sosial. Hanya tentu
saja berkenaan dengan namanya sangat tergantung pada permintaan sekolah atau
tidak. Sebutan sebagai pengetahuan social atau resminya Ilmu Pengetahuan Sosial
yang disingkat IPS, baru diketahui setelah secara formal kita bersekolah.
Cobalah Anda perhatikan, amati dan hayati hal yang baru kita bahas tadi.
Kemudian apabila kita hayati lebih
lanjut, kehidupan manusia masyarakat dan bermasyarakat tidak hanya meliputi
aspek-aspek lain yang berhubungan satu sama lain. Kehidupan manusia di
masyarakat itu beraspek majemuk atau multiaspek. Tak usah kita melihat keadaan
yang jauh-jauh, hayatilah kehidupan kita masingmasing dalam hubungan hidup
dengan orang lain atau hidup di masyarakat. Tanpa busana atau tidak berpakaian
kita tidak akan berani berhubungan dengan orang lain.
Baju atau pakaian atau sandang,
merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk hidup bermasyarakat. Kebutuhan pokok
lainnya yaitu makanan atau bahan pangan. Makan bagi kita manusia, tidak hanya
semata-mata untuk mempertahankan hidup, melainkan juga sebagai kekuatan untuk
mampu berhubungan dengan orang lain. Bahkan makanan-makanan tertentu ada gengsi
dan nilai sosialnya. Bagi masyarakat tertentu, makan nasi atau nasi sebagai
makanan pokok memiliki nilai sosial yang lebih baik dibandingkan dengan hanya
makan ketela atau umbi-umbian yang lain. Pada hal nilai gizinya tidak jauh
berbeda. Kebutuhan lain yang melekat dengan manusia sebagai anggota masyarakat
adalah kebutuhan tempat berlindung atau rumah atau juga disebut papan. Rumah ini
juga tidak hanya sekedar tempat berlindung, melainkan juga ada gengsi dan nilai
sosialnya. Pemilikan rumah ada kebanggaan sosial tersendiri.
Dari kenyataan yang demikian, dalam
kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat, kebutuhan materi pokok yang meliputi
pangan, sandang, dan papan, selain memancarkan aspek ekonomi dari kehidupan
tersebut, juga terkait dengan aspek kejiwaan atau aspek psikologis. Keterkaitan
aspek-aspek tersebut, dapat Anda amati dan hayati dari kehidupan praktis
sehari-hari dari pengalaman Anda masingmasing.
Kebutuhan hidup manusia sebagai anggota
masyarakat, tidak hanya terbatas pada kebutuhan ekonomi, melainkan juga
meliputi kebutuhan penambahan pengetahuan dan ilmu seperti yang Anda lakukan
saat ini tanpa menambah pengetahuan dan ilmu, kehidupan kita di masyarakat akan
tersisihkan dalam arti terdesak oleh orang yang lebih tinggi pengetahuan dan
ilmunya. Pengetahuan dan ilmu, sangat membantu kita manusia memanfaatkan sumber
daya bagi kesejahteraan. Oleh karena itu, pengetahuan dan ilmu ini
mengembangkan teknologi yang membantu kita meningkatkan kesejahteraan.
Keterkaitan antara pengetahuan, ilmu dan teknologi dalam kehidupan masyarakat
dewasa ini melahirkan ungkapan IPTEK sebagai singkatan dari ilmu pengetahuan
dan teknologi. Aspek kehidupan ini, merupakan ungkapan kemampuan manusia
memanfaatkan akal pikirannya. Dalam memenuhi tuntutan hidup bermasyarakat.
Aspek kehidupan tersebut merupakan aspek budaya yang menjadi salah satu ciri
kemampuan manusia memanfaatkan akal pikirannya dalam memenuhi tuntutan hidup
bermasyarakat. Aspek kehidupan merupakan aspek budaya yang menjadi salah satu
ciri kemampuan umat manusia yang berbeda dengan makhluk hidup non-manusia.
Anda dipersilahkan menghayati, mengamati
dan menelaah aspek-aspek budaya ini. Budaya sesungguhnya berasal dari kata buddhayah
(bahasa Sansekerta} yang berarti “akal”. Dengan demikian,
aspek budaya yang sedang kita bicarakan, tidak lain aspek kehidupan manusia
dalam memanfaatkan dan mengembangkan kemampuan akal bagi kepentingan hidup manusia
itu sendiri. Jika kita telaah dan hayati secara mendalam, pengembangan aspek
budaya tidak dapat dilepaskan dari aspek ekonomi. Anda menambah pengetahuan,
mengembangkan ilmu dan menguasai teknologi, bukan semata-mata untuk kepentingan
IPTEK, melainkan terkait dengan tujuan mensejahterakan serta memakmurkan
kehidupan Anda sendiri, yang akhirnya juga mensejahterakan masyarakat. Oleh
karena itu, aspek budaya ini sangat erat hubungannya dengan aspek ekonomi.
Selanjutnya, Anda dapat menghayati sendiri penguasaan IPTEK yang makin
meningkat, juga meningkatkan kepercayaan diri, kebanggaan diri dan kemampuan
intelektual dalam menghadapi berbagai masalah. Dengan demikian, aspek budaya
ini berkaitan dengan aspek psikologi.
Cobalah Anda amati keadaan di sekitar Anda,
baik di lingkungan kabupaten sampai di lingkungan negara. Betapa cepatnya
perubahan lingkungan sebagai akibat pemanfaatan dan penerapan IPTEK.
Pembangunan gedung-gedung, jembatan, jalan dan seterusnya yang makin menunjang
kehidupan, merupakan ungkapan nyata aspek budaya dalam bentuk penerapan IPTEK
tersebut. Namun demikian, kita dapat menelaah ke belakang sekitar 10 atau 20
tahun yang lalu, bagaimana keadaan lingkungan kota atau membandingkan kemajuan
hari ini dengan 10 atau 20 tahun yang lalu.
Keadaan lingkungan kota atau desa bahkan
Negara itu? Bahkan lebih jauh lagi, kita dapat membandingkan kemajuan hari ini
dengan keadaan pada zaman penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang yang telah
lampau. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, urutan waktu
dengan peristiwa sangat bermakna dalam menelaah perkembangan serta kemajuan.
Urutan waktu dengan peristiwa yang merupakan aspek sejarah dalam kehidupan
manusia, memiliki arti yang berharga bagi kita manusia sendiri. Dengan menelaah
waktu dan peristiwa selain dapat mengkaji perkembangan serta kemajuan, juga
dapat mengembangkan kewaspadaan terhadap peristiwa-peristiwa masa lampau yang
membawa malapetaka bagi umat manusia.
Dengan memperhatikan aspek sejarah ini,
kita manusia dapat menghindari keburukan masa lampau yang merugikan umat
manusia. Selanjutnya juga, dengan menelaah aspek sejarah tersebut kita dapat
memproyeksikan kemajuan di masa yang akan datang. Oleh karena itu ada ungkapan
“Harus Belajar dari Sejarah”, yang bermakna kewaspadaan terhadap pengalaman
buruk masa lampau supaya tidak terulang lagi.
Kehidupan manusia tidak hanya terkait
dengan aspek waktu atau aspek sejarah, melainkan terkait juga dengan aspek
tempat atau aspek ruang. Peristiwa kehidupan manusia, tidak hanya dicirikan
oleh waktunya, melainkan terkait dengan ruang dan tempat kejadiannya. Cobalah
Anda hayati masing-masing, pertanyaan yang diarahkan kepada Anda, tidak hanya”
Kapan Anda lahir”, melainkan juga “Di mana Anda lahir”. Di sini menunjukkan
bahwa ruang atau tempat, memiliki makna tersendiri dalam kehidupan manusia.
Suatu tempat atau ruang di muka bumi,
secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi alam dan cuaca,
jenis serta kesuburan tanah, sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut,
jaraknya dari pantai dan sifat-sifat alamiah lainnya. Keseluruhan kondisi alam
tadi mencirikan karakter alamiah setempat yang memberikan “peluang” kepada
manusia penghuninya untuk mengembangkan suatu pola kehidupan.
Tempat atau ruang permukaan bumi yang
lebih karakter kelautan atau maritin, memberikan peluang kepada manusia yang
menjadi pendukungnya untuk mengembangkan pola kehidupan sebagai nelayan.
Kondisi ruang permukaan bumi yang beriklim lembab kaya akan sumber daya air dan
tanahnya subur, memberikan peluang pada penduduk manusia, sebagai penghuninya
untuk mengembangkan peternakan ekstensif atau paling tidak penggembalaan.
Hubungan ke ruangan (spatial relation)
antara faktor alam (iklim, kesuburan tanah, kekayaan sumber daya air,
ketinggian dari permukaan taut, jarak dari pantai, bentuk permukaan,
tumbuh-tumbuhan penutup permukaan lahan, dan sebagainya) dengan (jumlah
penduduk, kualitas penduduk, mata pencaharian, penguasaan IPTEK, dan
lain-lainnya) di sesuatu tempat di permukaan bumi, memberikan karakter (ciri
khas) pada tempat tersebut. Hal ini dapat Anda saksikan apabila Anda melakukan
pengamatan, penghayatan, dan penelahaan mulai dari daerah pedalaman atau
pegunungan ke pantai atau sebaliknya, serta Anda melakukan hal yang sama dari
daerah pedesaan ke daerah perkotaan, atau sebaliknya. Keadaan yang demikian itu
dalam kehidupan manusia termasuk dalam aspek geografi. Aspek ini dapat dijadikan
petunjuk tentang karakteristik setempat yang berhubungan dengan masalah kehidupan
manusia yang terkait dengan kondisi setempat.
Selanjutnya, apabila Anda hubungan suatu
peristiwa kehidupan manusia antara aspek sejarah dengan aspek geografinya,
selain dapat mengungkapkan factor-faktor alam dengan faktor-faktor manusianya.,
juga Anda dapat menganalisis perkembangannya dari waktu ke waktu. Anda dapat
menganalisis dinamika kehidupan manusia, baik yang bermakna bagi kesejahteraan
hidup maupun yang menjadi kendala, bahkan yang membahayakannya. Oleh karena itu
aspek sejarah dengan aspek geografi ini tidak dapat diabaikan dalam menelaah kehidupan
manusia di masyarakat dan bermasyarakat.
Cobalah Anda amati dan kita hayati
kehidupan bermasyarakat itu mulai dari keluarga, para tetangga sampai di
lingkungan yang lebih luas. Anda hayati dan amati “mengapa “di masyarakat itu
terjadi keutuhan seluruh kemantapan kehidupan”. Keadaan yang demikian itu,
tidak dapat dilepaskan karena adanya norma, nilai dan kepemimpinan yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. Kehidupan yang paling inti dan mendasar “Mengapa ada
keutuhan serta kemantapan dalam keluarga. Hal tersebut terjadi karena kehidupan
itu berpijak pada norma tertentu, nilai yang menjadi pegangan serta adanya
kepemimpinan oleh sang ayah (suami) sebagai kepala keluarga. Meskipun norma dan
nilai itu tidak tertulis hitam diatasi putih, namun menjadi aturan main serta
pegangan dalam menggariskan kepemimpinan, hak dan kewajiban anggota masyarakat
dalam hal ini tiap anggota keluarga. Dalam masyarakat, khususnya dalam keluarga
terdapat pengembangan kebijaksanaan yang mengatur keluarga itu sebagai suatu
bentuk “Pemerintahan” atau suatu bentuk “Negara”. Aspek inilah menciptakan
kesejahteraan, ketentraman dan keamanan keluarga.
Apabila kita amati dan kita hayati lebih
luas lagi, pada masyarakat “sederhana” yang belum memiliki aturan-aturan dan
tata tertib yang tertulis seperti di masyarakat “suku anak dalam” aspek politik
pada mereka sangat kuat dalam mengatur hidup serta kehidupan mereka. Di tingkat
bangsa dan Negara, aspek politik ini telah ditentukan secara tertulis dalam
Undang-Undang, baik berkenaan dengan hukum dengan peraturannya, maupun
berkenaan dengan hak serta kewajiban para warganya. Aspek politik inilah yang
mengatur kesejahteraan, ketentraman dan keamanan masyarakat dalam hal ini
bangsa dan negara.
Apabila kita cermati kembali apa yang
telah didiskusikan, dan Anda amati serta hayati di dalam kehidupan di
masyarakat dan bermasyarakat itu, betapa petingnya. Seperti telah kita bahas
bersama, kehidupan itu beraspek majemuk, yang meliputi aspek-aspek hubungan
sosial, ekonomi, pisikologi, budaya sejarah, geografi, dan politik. Dalam
kajian yang lebih mendalam, aspek-aspek tersebut dipelajari dalam ilmu-ilmu
sosial. Segala hal yang berhubungan dengan aspek hubungan social yang meliputi
proses, faktor, perkembangan permasalahan dan lain-lain sebagainya, dipelajari
serta dikaji dalam ilmu yang disebut sosiologi. Aspek ekonomi yang meliputi
perkembangan, faktor dan permasalahan, dipelajari serta dikaji dalam bidang
ilmu yang disebut ilmu ekonomi. Aspek pisikiogi dengan
segala permasalahanya, dipelajari dan dikaji dalam bidang ilmu yang dinamai pisikologi
sosial. Sedangkan aspek budaya dengan segala permasalahan
dan perkembangannya, dipelajari dan dikaji dalam bidang ilmu yang disebut antropologi.
Aspek sejarah yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan hidup manusia,
dipelajari dan dikaji dalam ilmu sejarah. Aspek geografi memberikan karakter
ruang terhadap kehidupan manusia di masyarakat dan bermasyarakat, dipelajari
serta dikaji lebih lanjut dalam bidang ilmu yang disebut geografi Dan
akhirnya aspek politik yang menjadi landasan keutuhan dan kesejahteraan
masyarakat dipelajari serta dikaji secara lebih mendalam pada bidang ilmu yang
disebut ilmu politik.
Dan hal-hal yang baru kita bahas, tentu
Anda akan bertanya kalau aspek norma dan nilai “termasuk ke mana?. Norma,
nilai, bahasa, seni dan sebagainya yang menjadi komponen dalam kehidupan
manusia, termasuk dalam bidang keilmuan yang disebut Humaniora (lumtanity).
Aspek-aspek tersebut tidak termasuk dalam bidang ilmu-ilmu sosial. Namun
secara garis besar, norma sosial dipelajari dan dikaji juga dalam sosiologi
sedangkan dalam budaya, seni dan bahasa sebagai bagian dari aspek budaya dikaji
juga dalam antropologi. Apabila kita telaah dengan cermat, ilmu-ilmu sosial
dengan Humaniora dua kajian yang berbeda, namun berkenaan dengan obyek yang
sama, yaitu kehidupan manusia di masyarakat. IPS sendiri, mengintegrasikan
keduanya oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial (IPS). Tidak lain adalah “mata
pelajaran atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang dikajinya
mengintegrasikan dalam bidang ilmuilmu sosial dan “Humaniora”.
Selanjutnya, mungkin timbul pertanyaan
dalam diri kita masing-masing baik selaku guru maupun selaku warga masyarakat”
mengapa IPS itu harus dipelajari dan diajarkan kepada anak didik?” padahal
pengetahuan sosial itu sesungguhnya telah melekat dalam diri tiap orang, dan
tidak asing bagi kita semua. Memang, pengetahuan sosial yang diperoleh secara
alamiah dan kehidupan sehari-hari, telah ada pada diri kita masing-masing.
Namun hal tersebut belum cukup, mengingat kehidupan bermasyarakat dengan segala
persoalannya makin berkembang. Untuk menghadapi kehidupan yang demikian itu
pengetahuan sosial yang diperoleh secara alamiah tadi tidak cukup di sini,
pendidikan formal khususnya pendidikan IPS di sekolah menjadi tuntutan yang
tidak dapat diabaikan.
Kemudian, tentu akan muncul pertanyaan
dalam diri Anda, “Tujuan apakah yang wajib dicapai dari pendidikan IPS itu ?”
Jawaban atas pertanyaan yang baru Anda kemukakan itu harus dikaitkan dengan
tantangan yang dihadapi tiap orang dalam kehidupan, terutama tantangan yang
akan dihadapi anak didik di hari-hari mendatang. Sesuai dengan
tantangan-tantangan tersebut, pendidikan IPS ini bertujuan “membina anak didik
menjadi warga Negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan
negara” untuk merealisasikan tujuan tersebut, proses belajar mengajar dan
membelajarkannya, tidak hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif)
dan keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek akhlak
(afektif) dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah,
tantangan, hambatan dan persaingan ini. Melalui pendidikan IPS, anak didik
dibina dan dikembangkan kemampuan mental-intelektualnya menjadi warga negara
yang berketerampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggung jawab sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Setelah kita membicarakan tujuan IPS selanjutnya
“Apakah fungsi IPS sebagai pendidikan?” IPS sebagai pendidikan, bukan hanya
membekali anak didik dengan pengetahuan yang membebani mereka, melainkan
membekali mereka dengan pengetahuan sosial yang berguna yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya pendidikan IPS ini juga
berfungsi mengembangkan keterampilan, terutama keterampilan sosial dan
keterampilan intelektual. Keterampilan sosial yaitu keterampilan melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan kehidupan bermasyarakat, seperti
bekerja sama, bergotong-royong, menolong orang yang memerlukan, dan melakukan
tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan di masyarakat. Sedangkan
keterampilan intelektual, yaitu keterampilan berpikir, kecekatan dan kecepatan
memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di
masyarakat.
Hal yang lain dari fungsi IPS sebagai
pendidikan, yaitu mengembangkan perhatian dan kepedulian sosial anak didik
terhadap kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat. Dengan pengetahuan sosial
yang berguna, keterampilan sosial dan intelektual serta perhatian dan
kepedulian sosial, dapat diharapkan terbinanya Sumber Daya Manusia (SDM)
Indonesia yang akan datang yang berpengetahuan, terampil, cendekia, dan
mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi yang mampu merealisasikan tujuan
nasional menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Berdasarkan apa yang telah kita bahas,
dengan singkat dapat dikemukakan bahwa fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu
membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan
sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya
sebagai SDM Indonesia yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional.
D.
TUJUAN IPS
Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan
sosial di Indonesia untuk Memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk
mengingat kembali atau mengenal kembali atau mengenal ide-ide atau penemuan
yang telah dialami dalam bentuk yang sama atau dialami sebelumnya. Kemampuan
dan keterampilan, yaitu kemampuan untuk menemukan informasi yang tepat dan
teknik dalam pengalaman seorang siswa untuk menolongnya memecahkan
masalah-masalah baru atau menghadapi pengalaman baru.
Tujuan yang bersifat afektif, berupa
pengembangan sikap-sikap, pengertianpengertian dan nilai-nilai yang akan
meningkatkan pola hidup demokratis dan
menolong
siswa mengembangkan filsafat hidupnya. Tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), secara umum dikemukakan oleh Fenton (1967), adalah mempersiapkan
anak didik menjadi warga negara yang baik, mengajar anak didik agar mempunyai
kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsa, Sedangkan Clark
dalam bukunya, Social Studies in Secondary School, A Hand
Book (1973) menyatakan bahwa studi social menitikberatkan pada
perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya, manusia dengan
segala kegiatannya dan interaksi antarmereka. Dalam hal ini anak didik
diharapkan dapat menjadi anggota yang produktif, berpartisipasi dalam masyarakat
yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong dengan sesamanya,
dan dapat mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide dari masyarakatnya (Thamrin
Talut, 1980: 2).
Jadi tujuan utama pengajaran Social
Studies (IPS) adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak
didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik
untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan
negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.
Di Indonesia telah menjadi konsensus
nasional yang tidak dapat ditawar lagi bahwa Pancasila menjadi landasan hidup
bagi seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu pendidikan nasional Indonesia
adalah pendidikan Pancasila sebagaimana telah dicantumkan dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai berikut: Pendidikan Nasional berlandaskan
atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-bersama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. (Ketetapan MPR-
RI, 1978:12).
Tujuan Pendidikan Nasional yang
digariskan dalam GBHN merupakan tugas pendidikan yang cukup berat tetapi sangat
mulia. Sebab tujuan Pendidikan Nasional tersebut menciptakan manusia
pembangunan yang cerdas, takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
tinggi, mempunyai semangat kebangsaan, dan berketerampilan tinggi.
Tujuan-tujuan tersebut di atas harus dijabarkan lebih jauh ke dalam jenis dan
jenjang pendidikan yang lebih terperinci ke dalam kurikulum yang menjadi
landasan kerjanya, kepada bidang-bidang studi yang dapat dilaksanakan untuk
mengisi tujuan tersebut dan ke dalam latihan-latihan praktis yang dapat dilakukan.
(Nursid Sumaatmaja, 1980: 34).
IPS sebagai komponen kurikulum sekolah
merupakan kesempatan yang baik untuk membina afeksi, kognisi, dan
psikomotor pada anak didik untuk menjadi manusia pembangunan
Indonesia, dalam hal ini pengajaran IPS berkewajiban membentuk tenaga kerja
yang terampil dan berpendidikan. Jadi tujuan Pendidikan Nasional Indonesia
harus menciptakan manusia pembangunan yang berkepribadian Pancasila, yakni
manusia pembangunan yang tidak hanya sadar akan kepentingan hidup masyarakat
pada masa kini saja, tetapi juga memiliki kesadaran dan perspektif kehidupan
untuk masa yang akan datang. Selain itu manusia pembangunan yang berkepribadian
Pancasila harus memiliki wawasan hidup dengan segala permasalahannya pada masa
yang akan datang. Kondisi kepribadian semacam itulah yang merupakan salah satu
jaminan lancarnya pembangunan Nasional.
Berdasarkan kelembagaannya, pendidikan
di Indonesia dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu: 1) Sekolah Pendidikan Dasar
2) Sekolah Pendidikan Menengah, dan 3) Perguruan Tinggi dan Akademik. Setiap
lembaga pendidikan tersebut memiliki tujuan institusional masing-masing.
Ditinjau dari sistem pendidikan secara menyeluruh, tujuan institusional
Pendidikan Dasar dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Membekali anak didik dengan sikap, pengetahuan dan keterampilan dasar agar dapat
mengembangkan dirinya. Dengan demikian sebagai anggota masyarakat diharapkan
anak didik dapat meningkatkan kemampuan dirinya sendiri dan dapat ikut
mensejahterahkan masyarakat.
2.
Membekali anak didik dengan kemampuan ilmu dan pengetahuan dasar untuk melanjutkan
pendidikan ketingkat yang lebih tinggi (Nursid Sumaatmadja, 1980:41).
Dengan pengetahuan, nilai, sikap, dan
kemampuan yang demikian, lulusan sekolah pendidikan dasar diharapkan dapat
mengembangkan pribadinya sebagai warga masyarakat yang secara minimal mampu
berdiri di atas kaki sendiri dan dapat melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi.
Selanjutnya tujuan kurikuler merupakan
penjabaran tujuan institusional sesuai dengan bidang studi yang dicantumkan
dalam kurikulum tiap jenis pendidikan. Kurikulum itu sendiri merupakan alat
penjabaran dan pengungkapan harapan-harapan pendidikan ke dalam bentuk realita
konkret (Edward K, 1957:1) oleh karena itu tujuan kurikuler dan
kurikulum nasional tidak dapat dilepaskan dari kepentingan nasional dan
kepentingan anak didik. Mengingat hakikat IPS merupakan perpaduan pengetahuan
dari pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial dan harus mencerminkan sifat interdisipliner,
maka tujuan kurikuler pengajaran IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya
adalah sebagai berikut:
1.
Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun
alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
2.
Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun
alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
3.
Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat
dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.
4.
Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan
terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan integralnya.
5.
Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan
IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan
ilmu dan teknologi (Nursid Sumaatmadja, 1980: 48).
Hal-hal yang harus dicapai tujuan
kurikuler pengajaran IPS di berbagai jenis dan jenjang pendidikan harus selalu
disesuaikan dengan kadar jenis dan jenjang pendidikan masing-masing. Akhirnya,
penjabaran lebih lanjut kurikuler yang secara operasional harus dicapai dan
dapat diukur pada proses belajar mengajar adalah tujuan instruksional suatu
bidang studi. Tujuan Instruksional merupakan unsur yang fundamental dari tujuan
yang bersifat umum dan tinggi kedudukannya.
Berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan
dari Bloom, tujuan instruksional dibagi menjadi tiga kelompok yaitu Cognitive
Domain, Affective-Domain, dan Psychomotor Domain. (Bloom
Benjamin, 1956:6). Dalam ranah kognitif dapatlah dikatakan bahwa pembahasan
IPS mengenai manusia dan dunianya itu harus dapat dinalar supaya dapat
dijadikan alat pengambilan keputusan yang rasional dan tepat.
Jadi bahan kajian IPS bukanlah hal yang
bersifat hafalan belaka, melainkan konsep dan generalisasi yang diambil dari
analisis tentang manusia dan lingkungannya. Pengetahuan yang diperoleh dengan
pengertian dan pemahaman akan lebih fungsional. Perolehan pengetahuan dan
pemahaman yang telah dimiliki siswa diharapkan dapat mendorong tindakan yang
berdasarkan nalar, selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupannya. Nilai dan
sikap merupakan hal yang penting dalam ranah afektif, terutama nilai dan sikap
terhadap masyarakat dan kemanusiaan. Sebagai contohnya menghargai martabat
manusia dan peka terhadap perasaan orang lain, lebih-lebih lagi nilai dan sikap
terhadap negara dan bangsa.
Tujuan keterampilan yang dapat diraih
dalam pengajaran IPS sangatlah luas. Keterampilan-keterampilan yang
dikembangkan sudah barang tentu juga meliputi keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan untuk memperoleh pengetahuan, nilai, dan sikap.
Latihan
Setelah Anda mempelajari materi Subunit
2 yang berkenaan dengan hakikat IPS sebagai program pendidikan, untuk
memperdalam pemahaman Anda cobalah kerjakan latihan berikut ini:
1.
Berdasarkan pengamatan dan penghayatan Anda dalam kehidupan praktis seharihari,
coba Anda kemukakan berbagai contoh berkenaan dengan aspek hubungan sosial di
masyarakat!
2.
Seperti telah kita diskusikan bersama, kehidupan manusia di masyarakat itu beraspek
majemuk. Atas dasar kenyataan itu, cobalah Anda kemukakan suatu contoh
kehidupan sosial yang merupakan hubungan aspek-aspek ekonomi, psikologi sosial,
budaya dan politik?
3.
Coba Anda jelaskan bahwa pendidikan IPS menempati kedudukan penting dalam membina
anak didik menjadi SDM masa yang akan datang!
4.
Dalam menyimak suatu peristiwa yang bersejarah, aspek ruang dan waktu berkaitan
erat dengan peristiwa tadi. Cobalah Anda jelaskan dengan contohcontoh pernyataan
tersebut!
5.
IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan sosial
kepada anak didik, melainkan berfungsi lebih jauh daripada itu. Jelaskan hal
tersebut dengan kenyataan hidup saat ini dan masa yang akan datang ditinjau dari
fungsi IPS sebagai pendidikan!
6.
Jelaskan perbedaan Ilmu Sosial dan Ilmu Pengetahuan Sosial?
7.
Jelaskan sejarah perkembangan bidang studi IPS di Indonesia?
8.
Carilah perbedaan-perbedaan tentang pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah menurut Kurikulum 1975, 1984, dan1994!
9.
Jelaskan hakikat pengajaran IPS di Sekolah Dasar?
10.
Jelaskan tujuan pengajaran IPS di Sekolah Dasar?
Rambu
Jawaban Latihan
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
latihan tadi, tidak ada kuncinya. Oleh karena itu, Anda sangat dianjurkan
membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan bersama jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Melalui cara yang demikian, wawasan Anda
berkenaan dengan IPS, terutama berkenaan dengan kehidupan social yang terus
berkembang ini, akan makin meluas dan meningkat.
Rangkuman
Anda telah memahami beberapa hal
berkenaan dengan IPS sebagai program pendidikan. Berikut ini akan diketengahkan
rangkuman sebagai berikut. Hakikat perkembangan seseorang mulai saat ia lahir
sampai menjadi dewasa, tidak dapat terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu
pengetahuan sosial dapat dikatakan tidak asing bagi tiap orang. Kehidupan
sosial manusia di masyarakat beraspek majemuk yang meliputi aspek hubungan
sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi dan politik. Karena tiap
aspek kehidupan sosial itu mencakup lingkup yang luas, untuk mempelajari dan
mengkajinya menuntut bidang ilmu-ilmu yang khusus. Melalui ilmu-ilmu sosial
dikembangkan bidang-bidang ilmu tertentu sesuai dengan aspek kehidupan sosial
masing-masing. IPS sebagai bidang pendidikan tidak hanya membekali peserta
didik dengan ilmu pengetahuan sosial, melainkan lebih jauh daripada itu
berupaya membina dan mengembangkan mereka menjadi SDM Indonesia yang
berketerampilan sosial dan intelektual sebagai warga negara yang memiliki
perhatian serta kepedulian sosial yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan
nasional. Kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat yang terus berkembang, menjadi
landasan bagi pengembangan IPS sebagai bidang pendidikan sesuai dengan tuntutan
perubahan serta kemajuan kehidupan tersebut.
IPS merupakan bidang studi baru, sebab
baru dikenal sejak diberlakukannya kurikulum 1975. Dikatakan baru karena cara
pandangnya bersifat terpadu. Artinya bahwa IPS merupakan perpaduan dari
sejumlah mata pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama,
yaitu manusia.
Bidang studi IPS berasal dari Negara
Amerika Serikat dengan nama aslinya Social Studies. Latar belakang
dimasukkannya IPS ke dalam kurikulum sekolah karena munculnya masalah-masalah
nasional sebagai akibat peristiwa G30S/PKI, salah satu masalah tersebut adalah
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Pemerintah melakukan pembaharuan
kurikulum, yaitu pendidikan dasar menjadi 8 tahun, penggabungan bidang studi
yang serumpun, dan sistem kredit. Tahun 1984 pemerintah memberlakukan kurikulum
baru, di SD diajarkan IPS terpadu, SMP diajarkan IPS terkait, dan SMA IPS
diajarkan secara terpisah. Kurikulum 1994, IPS SD terdiri IPS terpadu dan
sejarah, IPS di SMP terdiri dari sejarah, ekonomi, dan geografi sedangkan IPS
di SMA tetap diajarkan secara terpisah.
Pendidikan IPS diperuntukkan bagi
pendidikan dasar dan menengah dalam rangka pembinaan peserta didik agar memiliki
pengetahuan, sikap, dan tingkah laku yang positif baik sebagai warga masyarakat
maupun sebagai warga negara. Pendidikan IPS sangat penting diberikan kepada
siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebab siswa sebagai anggota
masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal
masyarakat, siswa dapat belajar mulai dari media cetak, elektronik maupun
langsung melalui pengalaman hidupnya di tengah-tengah masyarakat.
Dengan pengajaran IPS diharapkan siswa
dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepekaan untuk menghadapi
hidup beserta tantangantantangannya. Selanjutnya mereka diharapkan mampu
bertindak secara rasional
dalam
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan.
E.
Ruang Lingkup IPS Sebagai Program Pendidikan
Uraian ini meliputi penjelasan tentang ruang lingkup IPS sebagai
program pendidikan, yang tidak hanya membahas pengetahuan sosial, melainkan
harus pula membina peserta didik menjadi warga negara dan warga masyarakat agar
bertanggung jawab atas kesejahteraan bersama. Dengan demikian pembahasan tidak
hanya terbatas pada materi yang bersifat pengetahuan, melainkan perlu memahami
nilai-nilai yang perlu melekat pada diri peserta didik sebagai warga negara dan
warga masyarakat yang bertanggung jawab pada negara dan bangsanya.
Ruang lingkup IPS tidak lain menyangkut
kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial.
Selanjutnya IPS sebagai program pendidikan, ruang lingkupnya sama yakni
berhubungan dengan manusia sebagai anggota masyarakat dan dilengkapi dengan
nilai-nilai yang menjadi karakteristik program pendidikannya. Untuk itu IPS
sebagai program pendidikan tidak hanya terkait dengan nilai tapi wajib
mengembangkan nilai tersebut.
Meninjau ruang lingkup IPS sebagai
program pendidikan, tidak dapat tidak, kita harus mulai dari ruang lingkup IPS
sebagai pengetahuan lebih dahulu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini marilah
kita bahas ruang lingkup tersebut. Anda telah menyimak , bahwa kehidupan
manusia dalam masyarakat atau manusia dalam konteks sosial, ditetapkan sebagai
ruang lingkup IPS. Oleh karena itu, kita wajib menelaah satuan-satuan manusia
sebagai kelompok di masyarakat. Satuan kelompok yang paling mendasar tidak lain
adalah keluarga yang terbentuk oleh ayah (suami), ibu (istri) dan anak.
Keluarga inti (nuclear family)
ini biasa juga disebut segitiga abadi. Dalam masyarakat yang bagaimanapun,
keluarga yang merupakan segitiga abadi ini selalu ada. Mulai dari keluarga
inilah tumbuhnya seseorang (individu) menjadi suatu pribadi, dan dalam keluarga
ini juga mulai berkembang aspek-aspek kehidupan social yang meliputi hubungan
sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi serta politik.
Keluarga sebagai wadah terjadinya
kehidupan dan aspek sosial itu kita kategorikan sebagai kelompok, sedang jika
kita telaah dari fungsinya yang mengatur kesejahteraan, ketertiban, hak dan
kewajiban, serta keamanan dapat pula dikategorikan sebagai bentuk
“pemerintahan” bahkan juga “negara” yang tidak formal. Keluarga sebagai suatu
kelompok inti di masyarakat, merupakan lembaga yang berfungsi majemuk
(multifungsi).
Keluarga sebagai lembaga pendidikan
berfungsi meletakkan dasar-dasar pendidikan kepada anak-anaknya, sebagai
lembaga kebudayaan berfungsi mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai
budaya, sebagai lembaga ekonomi berfungsi memenuhi kesejahteraan material
seluruh anggotanya, sebagai lembaga peradilan berfungsi memelihara serta
menjamin keadilan kepada anggotanya, sebagai lembaga agama berfungsi meletakkan
dasar iman dan takwa kepada anggotanya, sebagai lembaga politik berfungsi
memelihara serta mempertahankan kesejahteraan ketentraman- keamanan, hak dan
kewajiban anggotanya.
Keluarga sebagai kelompok inti dalam
masyarakat, merupakan lembaga yang bernilai dasar dan strategis membina serta
mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dalam menciptakan masyarakat yang
makmur, aman dan sejahtera. Keluarga dengan skala karakter, fungsi, peranan,
kedudukan dan proses perkembangannya, merupakan salah satu ruang lingkup
penting IPS.
Satuan lain di masyarakat yang ukurannya
lebih “besar”, adalah rukun tetangga, rukun kampung, warga desa sampai ke warga
bangsa. Pada kelompokkelompok ini juga terjadi proses sosial dengan segala
aspeknya seperti yang terjadi dan dialami oleh keluarga sebagai kelompok
sosial. Namun demikian, sesuai dengan ukuran, karakter hubungan sosial dan
fungsinya, kelompok-kelompok yang baru diketengahkan tadi, memiliki sifat yang
berbeda dengan keluarga. Untuk memahaminya, Anda hendaknya melakukan pengamatan,
komunikasi dan penghayatan terhadap kelompok-kelompok yang bersangkutan. Dengan
ketajaman pengamatan, penghayatan dan analisis, Anda dapat menunjukkan
perbedaanperbedaan yang menjadi karakteristiknya. Untuk menyimak hal-hal
seperti yang dikemukakan itu, marilah kita melakukan diskusi lebih lanjut.
Kita amati aspek hubungan sosial. Dalam
keluarga, hubungan sosial itu sangat dipengaruhi oleh adanya hubungan darah,
hubungan biologis yang sudah pasti mewarnai aspek-aspek kehidupan sosial
lainnya. Perhitungan ekonomi dalam keluarga, tidak seketat yang terjadi di
rukun tetangga, rukun kampung, apalagi dalam kelompok yang betul-betul
berwawasan ekonomi. Untuk menyerap pemahaman hal ini lebih mendalam, Anda
dipersilahkan membandingkan hubungan sosial yang berupa kesetiakawanan sosial,
gotong-royong, tolong-menolong, dan lain-lainnya yang terjadi dalam keluarga
dengan yang terjadi dalam kelompok di luar keluarga seperti di rukun tetangga,
di rukun kampung, di koperasi atau dalam organisasi social lainnya. Warna
ekonomi, politik, kedaerahan, suku bangsa, dan lain-lainnya itu pasti dapat
kita amati dalam hubungan sosial tadi. Kenyataan ini di masyarakat, merupakan
salah satu ruang lingkup IPS.
Pengembangan aspek budaya dalam
masyarakat yang meliputi pengembangan nilai-nilai budaya, pengetahuan, ilmu,
teknologi, seni dan sebagainya di dalam keluarga dengan di luar keluarga,
menunjukkan perbedaan yang dapat Anda amati serta hayati. Coba Anda perhatikan
keluarga sebagai “lembaga pendidikan” dengan lembaga masyarakat maupun yang
kita sebut sekolah. Keluarga dalam mengembangkan aspek budaya mendidik
anggota-anggotanya (anak-anaknya), tidak dibatasi oleh ketentuan ekonomi
keuangan, sedangkan lembaga-lembaga di luar lembaga, khususnya di sekolah, ada
ketentuan keuangannya. Jika pengembangan aspek budaya berupa pendidikan dalam
keluarga sifatnya menyeluruh, baik kognitif (pengetahuan, penalaran) dan
afektif (nilai, sikap, kesadaran, tanggung jawab) maupun psikomotor
(keterampilan), proses tersebut di luar keluarga dapat dikatakan terbatas pada
arah tertentu. Demikian pula berkenaan dengan pemanfaatan waktu dan ruangnya.
Meskipun idealnya sekolah dapat dijadikan rumah kedua bagi para peserta didik,
namun kenyataannya, sekolah tidak dapat melakukan semua fungsi pendidikan yang
menjadi tanggung jawab keluarga. Ditinjau dari ruang lingkup IPS, hal tersebut hendaknya
menjadi perhatian Anda selaku guru.
Dalam mengembangkan aspek kejiwaan atau
aspek psikologis, mulai dari pengembangan dan pembinaan individu menjadi
seorang pribadi sampai pada pengembangan karakter bangsa, peranan kelompok itu
sangat bermakna serta strategis. Di sini pun terdapat perbedaan antara peranan
keluarga dengan kelompok atau lembaga lainnya. Dalam pembentukan kepribadian
seseorang, keluarga memiliki pengaruh langsung dan utama. Oleh karena itu, Ch.
H. Cooley menetapkan keluarga itu sebagai kelompok perdana (primary group),
yaitu kelompok yang memberi pengaruh pertama dan utama terhadap pembentukan
kepribadian.
Sedangkan kelompok atau organisasi
sosial, seperti gugus depan gerakan pramuka, kelompok kawula muda, karang
taruna, bahkan sekolah hanyalah merupakan kelompok kedua (secondary group)
yang mempengaruhi secara sekunder terhadap pembentukan kepribadian. Untuk
menyerap pemahaman ini anda dipersilahkan menghayati sendiri berapa besar
pengaruh keluarga (ibu, ayah, anggota yang lain) terhadap kepribadian Anda
sendiri bila dibandingkan dengan pihak yang lain. Disiplin, ketaatan,
kepedulian terhadap kebersihan dan keteraturan, etos kerja, bangga diri yang melekat
pada diri Anda, lebih besar akibat pengaruh keluarga atau dari pihak lain,
misalnya dari sekolah. Cobalah Anda hayati!
Kemudian Anda amati di masyarakat teman
sepermainan, organisasi masyarakat, kelompok pengajian, kelompok olahraga,
bagaimana pengaruhnya terhadap seseorang dan terhadap anggota masyarakat pada
umumnya. Hal-hal yang baru dikemukakan, merupakan unsur ruang lingkup IPS yang
dapat Anda pelajari lebih lanjut.
Berbagai tempat di permukaan bumi yang
menjadi wadah berbagai kelompok masyarakat, sesuai dengan karakternya
masing-masing, menunjukkan perbedaan pola dan cara hidup. Anda ingat ungkapan
“lain lubuk lain ikannya, lain ladang lain belalangnya”. Hal tersebut merupakan
salah satu keunikan yang terdapat dalam kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat.
Perbedaan-perbedaan itu, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aspek ruang atau
geografi, sejarah, norma dan nilai yang berlaku, serta pengaruh perkembangan
sejarah.
Keanekaragaman kelompok masyarakat
dengan karakternya yang berbedabeda, merupakan unsur ruang lingkup IPS lainnya
yang sangat menarik untuk diamati dan dipelajari. Perkembangan kehidupan sosial
dengan segala aspeknya dari waktu ke waktu, mulai dari tahap yang sederhana
sampai tingkat modern, merupakan sisi lain dari ruang lingkup IPS.
Proses perkembangan tersebut biasa
dikonsepkan sebagai proses sosial, merupakan pokok bahasan IPS yang memberikan
“citra” kepada kita berkenaan dengan dinamika dan perubahan sosial manusia.
Cobalah Anda amati dan hayati perkembangan IPTEK dan dampaknya terhadap perkembangan
kehidupan sosial di masyarakat tempat Anda sendiri. Amati pula perkembangan dan
perubahan tata ruangnya. Cobalah Anda amati, hayati dan kaji berkenaan dengan
kemajuan alat komunikasi-transportasi saat ini. Anda dapat amati juga pengaruhnya
terhadap hubungan sosial manusia dari satu kawasan ke kawasan lain. Amati pula
dampaknya terhadap perkembangan ekonomi, penambahan dan pengayaan pengetahuan,
serta kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Kemajuan IPTEK di bidang
transportasikomunikasi, membuka dan memperluas cakrawala pandangan manus ia
terhadap kehidupan sosial yang makin berkembang. Meskipun Anda bertempat
tinggal di daerah terpencil, Anda dapat menyerap informasi baru melalui surat
kabar, radio, dan terutama TV. Melalui pemberitaan, penyiaran dan tayangan TV
jarak relatif dekat suatu kawasan dengan kawasan lainnya, tidak hanya di dalam
negeri, melainkan di berbagai belahan bumi ini juga menjadi bertambah pendek.
Peristiwa-peristiwa hangat di berbagai belahan
bumi tadi, dapat diketahui di tempat kita saat ini. Pengetahuan dan wawasan
manusia, termasuk Anda sendiri berkenaan dengan kehidupan sosial ini makin
meluas dan meningkat. Perkembangan dan proses yang demikian itu, bukan hanya
milik orang dewasa, khusus milik Anda sebagai guru, melainkan harus dialihkan
kepada peserta didik, agar mereka menjadi SDM yang selalu berhubungan dengan
pengetahuan serta informasi yang masih segar.
Perkembangan dan kemajuan IPTEK dalam
bidang transportasi dan komunikasi-informasi dewasa ini, juga meningkatkan
hubungan sosial manusia dari satu ruang geografi ke ruang geografi lainnya yang
tidak hanya satu arah, melainkan secara timbal arah, yang kita sebut “interaksi
sosial”. Proses ini tidak lagi hanya terbatas pada aspek budaya, melainkan
telah meluas aspek-aspek lain seperti politik, dan terutama ekonomi. Proses ini
juga telah menembus batas-batas lokal dan regional sampai ke tingkat global.
Proses hubungan sosial dan interaksi sosial ini telah menjadi proses
globalisasi. Ruang lingkup IPS, tidak hanya terbatas pada kehidupan sosial pada
tingkat lokal dan regional, melainkan telah sampai ke tingkat global.
Berdasarkan uraian yang telah kita
diskusikan tadi, ruang lingkup IPS sebagai pengetahuan, pada pokoknya adalah
kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Ditinjau
dari aspek-aspeknya, ruang lingkup tersebut meliputi hubungan sosial, ekonomi,
psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi dan aspek politik, dan ruang
lingkup kelompoknya, meliputi keluarga, rukun tetangga, rukun kampung, warga
desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat bangsa. Ditinjau dari ruangnya,
meliputi tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global. Sedangkan dari proses
interaksi sosialnya, meliputi interaksi dalam bidang kebudayaan, politik, dan ekonomi.
Tiap unsur yang menjadi subsistem dari ruang lingkup tersebut, berkaitan satu
sama lain sebagai cerminan kehidupan sosial manusia dalam konteks masyarakatnya.
Dengan demikian, ruang lingkup itu tidak hanya luas cakupannya, juga meliputi
aspek dan unsur yang besar kuantitasnya.
Untuk menyesuaikan lingkup tersebut
dengan jenjang pendidikan dan tingkat kemampuan peserta didik. Kita selaku guru
IPS, wajib melakukan seleksi, baik berkenaan dengan aspek maupun berkenaan
dengan ruang dan permasalahannya. Dalam hal ini, Anda selaku guru IPS, wajib
mengenali sumber dan pendekatan sesuai dengan peserta didik yang menjadi subjek
pendidikannya.
Setelah kita mendiskusikan aspek
material dari ruang lingkup IPS itu, selanjutnya kita akan meninjau dari aspek
pendidikannya. Seperti telah dikemukakan terdahulu, IPS sebagai program
pendidikan, tidak sekedar terkait dengan nilai, bahkan justru wajib
mengembangkan nilai tersebut. Tentu di sini Anda akan bertanya “Nilai-nilai
apakah yang wajib dikembangkan oleh IPS sebagai program pendidikan itu?”
Jawaban atas pertanyaan tadi, akan kita diskusikan pada uraian selanjutnya meliputi
nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat dan nilai
ke-Tuhanan.
Dengan membina dan mengembangkan nilai-nilai
tadi, kita sangat mengharapkan “terciptanya’ SDM Indonesia yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab sosial yang
tinggi terhadap masyarakat, bangsa serta negara. Perkembangan kehidupan sosial
hari ini dan terutama di masa yang akan datang, menuntut SDM yang demikian.
Selanjutnya marilah kita rinci nilai-nilai itu sebagai berikut:
1.
Nilai Edukatif
Salah satu tolok ukur keberhasilan
pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan perilaku sosial peserta
didik ke arah yang lebih baik, perilaku itu meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor. Peningkatan perilaku kognitif di sini, tidak hanya terbatas
makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan meliputi pula nalar sosial dan
kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial. Oleh karena
itu, materi yang dibahas pada pendidikan IPS ini, jangan hanya terbatas pada
kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan juga mengangkat masalah sosial yang
terjadi sehari-hari. Pelontaran masalah sosial itu tidak selalu dari Anda
selaku guru IPS, melainkan lebih baik lagi jika peserta didik sendiri
mengangkat atau melontarkan masalah tersebut. Melalui suasana yang demikian,
nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif pemecahan masalah sosial dari peserta
didik makin meningkat.
Dalam proses peningkatan perilaku sosial
melalui pembinaan nilai edukatif, tidak hanya terbatas pada perilaku kognitif,
melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan perilaku afektifnya. Justru
perilaku inilah yang lebih mewarnai aspek kemanusiaan. Melalui pendidikan IPS,
perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian, dan tanggung jawab sosial
peserta didik ditingkatkan. Kejelian mereka terhadap ketimpangan sosial,
penderitaan orang lain, perilaku yang menyimpang dari norma dan nilai. Melalui
IPS yang ditanamkan sampai menyentuh nuraninya. Masalah sebagai fakta sosial
diproses melalui berbagai metode dan pendekatan sampai betul-betul
membangkitkan kepedulian serta tanggung jawab sosial peserta didik.
Kepedulian dan tanggung jawab sosial,
secara nyata dikembangkan dalam pendidikan IPS untuk mengubah perilaku peserta
didik bekerja sama, gotongroyong, dan membantu pihak-pihak yang membutuhkan.
Pengembangan perilaku psikomotor, tidak terbatas hanya keterampilan fisik dalam
memanipulasi alat dan media pengajaran IPS, melainkan yang terutama
mengembangkan keterampilan sosial seperti telah dikemukakan tadi.
Keterampilan sosial peserta didik dalam bentuk
kerja sama, gotong-royong dan menolong pihak lain. Secara meyakinkan ditingkatkan
melalui pendidikan IPS. Proses pembelajaran yang demikian, tidak hanya terbatas
di dalam kelas dan di sekolah pada umumnya, melainkan lebih jauh dari pada itu
dilaksanakan dalam kehidupan praktis sehari-hari. Tugas mengamati masalah
lingkungan dan masalah sosial pada umumnya serta kerja sosial, seperti
gotong-royong membersihkan lingkungan, secara terarah dan berkesinambungan,
diberikan kepada peserta didik pada pendidikan IPS ini.
2.
Nilai praktis
Kita sepakat bahwa pelajaran dan
pendidikan apa pun, nilainya tidak berarti, apabila tidak dapat diterapkan
secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan perkataan lain, pelajaran
dan pendidikan tidak memiliki makna yang baik, jika tidak memiliki nilai
praktis. Oleh karena itu, pokok bahasan IPS itu, jangan hanya tentang
pengetahuan yang konseptual-teoretis belaka, melainkan digali dari kehidupan
sehari-hari, mulai dari di lingkungan keluarga, pasar, jalan, tempat bermain
dan seterusnya.
Dalam hal ini, nilai praktis itu
disesuaikan dengan tingkat umum dan kegiatan peserta didik sehari-hari.
Pengetahuan IPS yang praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti berita,
mendengarkan radio, membaca buku cerita, menghadapi permasalahan kehidupan
sehari-hari sampai kepada pengetahuan IPS yang berguna melaksanakan pekerjaan
sebagai wartawan, pengusaha, pejabat daerah, dan demikian seterusnya.
Pembelajaran pada pendidikan IPS tersebut diproses secara menarik, tidak
terlepas dari kehidupan sehari-hari, dan secara langsung ataupun tidak langsung
bernilai praktis serta strategis membina SDM sesuai dengan kenyataan hidup hari
ini, terutama untuk masa-masa yang akan datang.
3.
Nilai Teoretis
Membina peserta didik hari ini pada
proses perjalanannya diarahkan menjadi SDM untuk hari esok. Oleh karena itu,
pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta, dan data
yang terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari pada itu menelaah keterkaitan
suatu aspek kehidupan sosial dengan yang lainnya. Peserta didik dibina dan
dikembangkan kemampuan nalarnya ke arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense
of reality) dan dorongan menggali sendiri di lapangan (sense of
discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan
berbagai pernyataan (sense of inquiry) mereka
dibina serta dikembangkan. Dengan demikian, kemampuan mereka rnengajukan
“hipotesis” dan dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan, juga berkembang. Dengan
perkataan lain, kemampuan mereka “berteori” dalam pendidikan IPS, harus dibina
dan dikembangkan dalam menghadapi kehidupan sosial yang berkembang dan berubah.
4.
Nilai filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS secara
bertahap dan keseluruhan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik,
dapat mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai
makhluk sosial. Melalui proses yang demikian, peserta didik dikembangkan
kesadaran dan penghayatannya terhadap keberadaannya di tengah-tengah
masyarakat, bahkan juga di tengah-tengah alam raya ini. Dari kesadarannya
terhadap keberadaan tadi, mereka disadarkan pula tentang peranannya
masing-masing terhadap masyarakat, bahkan terhadap alam lingkungan secara
keseluruhan. Dengan perkataan lain, kemampuan mereka merenungkan keberadaan dan
peranannya di masyarakat ini, makin dikembangkan. Atas kemampuan mereka
berfilsafat, tidak luput dari jangkauan pendidikan IPS. Dengan demikian, nilai
filsafat yang demikian berfaedah dalam kehidupan bermasyarakat, tidak luput
dari perhatian pendidikan IPS ini.
5.
Nilai Ketuhanan
Kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa
berupa akal pikiran yang berkembang dan dapat dikembangkan yang telah membawa
manusia sendiri maupun memenuhi segala kebutuhannya dari sumber daya yang telah
disediakan oleh-Nya. Kenikmatan kita sebagai manusia mampu menguasai IPTEK,
menjadi landasan kita mendekatkan diri dan meningkatkan IMTAK kepada-Nya.
Kekaguman kita manusia kepada segala
ciptaan-Nya, baik berupa fenomena fisikal-alamiah maupun berupa fenomena
kehidupan, merupakan nilai ketuhanan yang strategis sebagai bangsa yang
ber-Pancasila. Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan aspek kehidupan sosial
yang begitu luas cakupannya, menjadi landasan kuat penanaman dan pengembangan
nilai Ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita manusia lahir-batin. Nilai
Ketuhanan ini menjadi landasan moral SDM setiap hari, terutama untuk masa yang
akan datang. Hal ini wajib menjadi perhatian Anda dan kita semua selaku guru
IPS bahwa materi dan proses pembelajaran apa pun pada pendidikan IPS, wajib
berlandaskan nilai Ketuhanan.
Selanjutnya, dalam proses pembelajaran
pendidikan IPS, Anda selaku guru IPS tetap berpegang pada ruang lingkupnya,
yaitu manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial.
Oleh karena itu, proses tersebut tidak dapat terlepas dari kondisi masyarakat
sebagai suatu kenyataan. Secara bertahap dan berkesinambungan, lingkup
masyarakat yang menjadi objek formal dalam pembelajaran, mulai dari lingkungan
keluarga, para tetangga, kampung, desa, kabupaten, propinsi, serta demikian
seterusnya.
Sedangkan yang menjadi objek
materialnya, meliputi aspek-aspek hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya,
sejarah, geografi, dan politik. Bobot luas dan kedalaman materi aspek-aspek
tadi, secara bertahap disesuaikan dengan perkembangan dan tingkat kemampuan
peserta didik. Ragam pembelajarannya juga disesuaikan dengan apa yang terjadi
dalam kehidupan.
Secara formal, proses mengajar dan
membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Namun sesuai dengan kenyataan, peserta didik itu dibelajarkan dalam kehidupan
yang sesungguhnya, baik di lingkungan keluarga, di jalan, di pasar, di tempat
pembelajaran, dan tempat-tempat keramaian lainnya. Interaksi edukatif antara
Anda selaku guru dengan peserta didik, tidak hanya sepihak dalam bentuk
“ceramah” saja, melainkan dikembangkan melalui metode lain, seperti
tanya-jawab, diskusi, tugas, karyawisata, sosiodrama, dan bermain peran.
Pendekatan dan metode tersebut
dilaksanakan secara bervariasi serta terpadu. Pelaksanaan metode pembelajaran
di luar sekolah, dilaksanakan melalui karyawisata, dan terutama tugas. Banyak
hal yang tidak dapat dilaksanakan di dalam kelas atau umumnya di sekolah, dapat
Anda penuhi dengan memberikan tugas kepada peserta didik. Tugas ini juga kaya
akan berbagai ragam kegiatan, melakukan komunikasi (tanya-jawab, wawancara,
diskusi) dengan sumber data atau narasumber, orang tua, dan orang-orang
tertentu yang dapat memberikan informasi tentang materi atau pokok bahasan IPS
yang sedang menjadi garapan.
Tugas itu juga dapat dalam bentuk
membaca (buku, surat kabar, majalah), mengumpulkan artikel dari surat kabar,
mengumpulkan gambar, mendengarkan berita radio, menonton TV, dan seterusnya.
Informasi mengenai kehidupan social nyata sehari-hari, menjadi materi utama.
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda
mempelajari materi Subunit 3 mengenai ruang lingkup IPS sebagai program
pendidikan, silahkan Anda mengerjakan latihan berikut :
1.
Salah satu karakter IPS sebagai bidang pendidikan, dalam ruang lingkupnya termasuk
nilai-nilai. Cobalah Anda jelaskan nilai-nilai yang wajib dikembangkan dalam
pembelajaran IPS yang menjadi landasan perilaku sumber daya manusia Indonesia
masa yang akan datang!
2.
Anda dapat mengamati dan menghayati bahwa ruang lingkup IPS itu sangat luas. Oleh
karena itu, Anda perlu mencermatinya. Atas dasar hakikat yang demikian itu,
cobalah Anda uraikan ruang lingkup IPS tersebut!
3.
Bagi bangsa Indonesia yang terpancasila, nilai filsafat dan nilai Ketuhanan
yang dikembangkan pada pendidikan IPS, dapat memperkuat pengamalan Pancasila. Atas
dasar pernyataan tersebut, cobalah Anda jelaskan bahwa nilai filsafat dan nilai
Ketuhanan itu dapat membantu pelaksanaan pengamalan Pancasila kepada peserta
didik!
Pertanyaan di atas tidak disediakan
rambu-rambu jawabannya. Oleh karena itu, Anda harus menggali jawaban sendiri
melalui diskusi kelompok kecil untuk memperoleh jawaban atas
persoalan-persoalan di atas, melalui cara yang demikian itu, wawasan tentang
ruang lingkup IPS akan makin meningkat.
Rangkuman
Kehidupan manusia di masyarakat atau
manusia dalam konteks sosial yang menjadi ruang lingkup IPS, merupakan cakupan
yang sangat luas. Oleh karena itu, pada proses pembelajarannya harus dilakukan
bertahap-berkesinambungan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik
dan lingkup objek formal IPS.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS
yang optimum, empat hal yang meliputi dasar mental-psikologis yang melekat pada
diri peserta didik, pengetahuan sosial yang secara spontan telah dimiliki oleh
mereka, ruang lingkup IPS yang sangat luas, dan nilai-nilai yang melekat pada
pendidikan IPS wajib menjadi pegangan pada proses pelaksanaannya. Proses
pembelajaran IPS yang komprehensif, dilandasi oleh empat hal seperti
dikemukakan tadi.
Pembinaan dan pengembangan minat peserta
didik, penguasaan materi IPS yang memadai oleh guru, dan “penciptaan” suasana
interaksi edukatif yang serasi pada proses pembelajaran IPS, merupakan salah
satu modal yang strategis mencapai tujuan instruksionalnya.
Dalam proses pembelajaran IPS, ragam
pendekatan dan metode yang diterapkan disesuaikan dengan kondisi lingkup
masyarakat serta aspek kehidupan sosial yang menjadi pokok bahasan. Keragaman
pendekatan dan metode yang diterapkan pada proses pembelajaran IPS, dapat
mempertahankan suasana yang tetap hangat dan menarik, sehingga para peserta
didik tidak dihinggapi kejenuhan dan kebosanan.
Pendidikan IPS yang dilandasi oleh nilai-nilai,
khususnya nilai filsafat, dan Ketuhanan, pada proses pembelajarannya dapat
memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pengamalan Pancasila.
Daftar Pustaka
Achmad
Sanusi, Dt. (1971). Studi Sosial di Indonesia. Bandung:
IKIP.
________________1970).
Sosiolog: Suatu Pengantar.FE,UI Jakarta.
_________________
(1971). Studi Sosial di Indonesia, IKIP Bandung.
Arief
Sritua. (1990). DarE Prestasi Pembangunan Sampai Ekonomi Politik;
Kumpulan Karangan, UI Press – Jakarta
________________
(1980b).Kebudayaan Mentaliteit dan Pembangunan. Gramedia Jakarta.
________________
(1983 a)Manusia dan Kebudayaan di Indonesia .Jembatan Jakarta.
_________________(1983b).Pengantar
Antropologi .Aksara Baru Jakarta.
B.
Setiawan. (2003). Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. GM
Press- Jogyakarta.
Cheppy,
H.C.(tt). Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya Karya
Anda.
Darojat,
Ojat. dkk. (2000). Kewirausahaan, UT - Jakarta.
Haryoso,(1977).
Pengantar Antropologi, Bina Cipta Bandung.
Husein
Achmad, dkk (1981). Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIS –
IKIP Jogyakarta.
Hidayati,
M. (2004). Bahan Ajar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah
Dasar, FKIP Universitas Negeri Jogyakarta.
Ihromi.TO,(1981).
Pokok-pokok Antropologi Budaya. Graniedia Jakarta.
Kosasih
Jahiri, dkk (1979). Pengajaran Studi Sosial/IPS, LPPP -IPS, FKIS –IMP
Bandung.
Koentjaraningrat,(1980a).
Masyarakat Desa di Indonesia Masa Kini.Y.B.P.FE.UI Jakarta.
Mulyono,
TJ. (1980). Pengertian dan Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial.
Yogyakarta: Departemen P dan K, P3G.
Nursid
Sumaatmadja., dkk. (1986). Buku Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan
Sosial, Modul 1-3. Jakarta : Karunika, Universitas Terbuka.
Nursid
Sumaatmadja,dkk.(1986).Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan
Sosial. Kaninika UT, Jakarta
Poerwito.
(1991/1992). Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang : Departemen P dan
K, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah P3G IPS dan PMP.
Saidihardjo
& Sumadi, HS. (1996). Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (Buku
I). Yogyakarta : FIP IKIP.
Saidihardjo,dkk.(1996).
Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial, FIP IKIP Jogyakarta.
Soemardi.S.(1983).Pengantar
Sosiologi. FE.UI, Jakarta.
Soeijono
Soekanto,(1964).Setangkai Bunga Sosiologi. FE, UI Jakarta.
Soelaimen,
M. Munandar (1986), Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep
Ilmu Sosial, Eresco- Bandung.
Susilo,
H. (1995). Pengantar Pendidikan Lingkungan, PKPKLH Malang.
Selo
Soemardjan, (1982). Sosiologi Pengantar. Rajawali-Jakarta.
Taneo,
S. (2005). Bahan Ajar Materi dan Pembelajaran IPS SD, FKIP Undana
– Kupang
Thamrin
Thalut & Abduh M. (1980). Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta : P3G Departemen P dan K.
Tukidi
B. (1992). Materi Ilmu Pengetahuan Sosial PGSD, FTP IKIP -
Jogyakata.
0 comments:
Post a Comment